业 ‘‘SEKARANG AKU MENGERTI SAHABAT SEJATI ITU SIAPA’’ 业
Usiaku tak berbeda jauh dengan kakakku, hanya terpaut dua tahun. Kami
cukup akrab sejak kecil, namun menginjak sekolah menengah, kami mulai
jauh.
Ia sibuk menikmati kepopuleran karena kecantikannya.
Memang sih, kuakui ia sangat super dan cantik. Aku seringkali bermimpi
menjadi dirinya. Tenar, dikagumi, dan pastinya banyak pria yang naksir. Tak
terhitung berapa banyak hadiah yang ia boyong pulang setiap hari dari
para pria itu. Tujuannya, agar bisa mendapatkan hati kakakku. Beruntung
sekali ia, bisikku dalam hati.
Aku sendiri tak sepopuler dia,
tidak populer sama sekali malah. Wajah kami cukup berbeda, dengan postur
tubuh yang sangat berbeda pula. Terkadang teman² kakakku dan temanku
saja tak percaya kalau kami bersaudara. Dan begitu pula dengan teman
laki²nya yang kemudian mengurungkan keinginan berkenalan dengan aku.
Mungkin, mereka berpikir aku akan secantik kakakku. Dan... ternyata
tidak, dan mereka kecewa.
Sejak kecil aku hanya memiliki tiga
orang sahabat. Kami sudah bersama dari taman kanak², dan bersekolah di
sekolah yang sama. Kami berjanji tak ingin terpisah.
Suatu
hari, aku dan kakak dikirim ke rumah nenek di luar kota. Dengan penuh
semangat, kamipun menikmati perjalanan itu. Namun, baru sekitar 1 jam
jaraknya dari kota tempat tinggal, bus kami mengalami kecelakaan. Aku
bersyukur, aku dan kakakku selamat dan hanya mengalami lecet² saja.
Kamipun dievakuasi keluar dari bus oleh penduduk setempat, dan
dikumpulkan di pinggir jalan menunggu bantuan datang.
Desa itu
tergolong sepi, dan tak ada rumah sakit di sana. Kami terpaksa
menghubungi polisi dan ambulans yang bisa menjemput kami ke kota.
Untungnya masih ada signal handphone di sana. Mengusir kebosanan,
kakakku memfoto luka kecil di kakinya dan memposting ke facebook.
Tak menunggu lama, ponselnyapun ramai oleh notif dari facebooknya.
Menanyakan bagaimana kejadiannya, di mana, dan bagaimana keadaannya. Aku
melirik ke ponselku sendiri, sunyi dan sepi. Sekalipun aku mengabarkan
lewat status facebook bahwa kami mengalami kecelakaan dan tengah
menunggu bala bantuan.
Aku hanya memandang nanar ke depan. Andai aku sepopuler kakak, pastinya sudah banyak juga orang yang mengkhawatirkanku.
Sejam kemudian, ambulans masih tak kunjung datang. Kami sudah bosan
menunggu dan khawatir beberapa korban yang terluka akan terlambat
mendapatkan pertolongan.
Beberapa menit kemudian kudengar bunyi
sirene dari kejauhan. Beberapa ambulan datang dipimpin sebuah mobil
yang kukenal. "Kak, itu Mifta, MieMie, dan Rama," jeritku kegirangan.
Ternyata, membaca status di Facebookku mereka langsung membawa bala
bantuan, menjemput kami ke lokasi tanpa menunggu lama. Mereka memang
tidak membalas status di Facebookku, mereka langsung datang karena
mengkhawatirkanku. Mereka tak mengobral kasihan di depan orang², atau
berbasa basi menanyakan keadaanku, mereka benar² ingin tahu dan
menolongku, sahabatnya.
Sejak kejadian itu, aku sadar.
Pemikiranku selama ini salah. Kepopuleran, paras ayu, belum tentu
membuatku tahu bagaimana sahabat sejati itu. Ketulusan sahabat benar²
teruji saat mereka ada di saat kau membutuhkan mereka. Mereka akan
berusaha memberikan waktunya untukmu, di saat senang, maupun saat kau
kesusahan. (sen)
◦♥◦ Salam Manis Buat yang Baca ◦♥◦
LIKE THIS
Sumber : Sudah Tahukah Anda? (Facebook)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar