Sabtu, 05 Januari 2013

Wind (4)


"Lara?!" seru Ferlita panik.
Ia segera berlari ke dapur.
***
Di dapur, tampak Lara yang sedang memegangi kepalanya. Ia sepertinya pusing.
"Lara?" ulang Ferlita.
Lara tersadar. "Y-Ya, Lita?"
Ferlita mengernyit heran. "Lita?"
"Ah, maksudku, Nona. Ada apa?" ralat Lara.
Ferlita menatap Lara, sebelum akhirnya ia berkata. "Kenapa kau berteriak?"
"Tikus! Tadi ada tikus lewat di sini," jawab Lara.
"Tikus?"
"Ya, tikus yang sangat besar,"
"Interesting, Lara. Setahuku, kau tidak pernah takut pada tikus sebelumnya. Apalagi sampai menjerit begini," ucap Ferlita.
"Tikus itu muncul tiba-tiba dan membuatku kaget, Nona," tukas Lara.
Ferlita mengendikkan bahu. Ia memandang telur goreng di piring dengan kaget. Tetesan darah!"Bumbu apa saja yang kau gunakan untuk menggoreng telur ini, Lara Widson?" tanya Ferlita.
"Bumbu?""Ya, garam? Atau merica? Atau DARAH?"
"Darah? Jangan mengada-ada seperti dulu, Lita. Maksudku, Nona," kata Lara. 
"Lalu, darah apa yang ada di telur goreng ini?" tanya Ferlita.
"Cepatlah pergi bekerja! Tidak usah banyak tanya!" usir Lara.
Ferlita cepat-cepat keluar rumah. "Dia sopan sekali," umpat Ferlita.
Ferlita cepat berjalan ke toko es krim. Lara berjalan perlahan ke luar rumah. Ia memandangi Ferlita dengan tatapan tajam, setajam SILET!! #malah iklan-,-
***






















Pasti pada protes, kok pendek banget?
Yups!
Aku enggak ada ide cerita lagi, nih. Nanti kulanjut deh yang panjang!! Oke oke?
Tapi, jangan lupa LIKE and COMMENT ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar