Sabtu, 27 April 2013

Dengarkan Lagunya, Selamanya! (1)

Disclaimer : Vocaloid by Yamaha and Crypton Future Media
Warning : GaJe, typo, de-el-el

- Normal PoV -
"Wah, kotak musikmu bagus sekali, Miku!" puji gadis berambut honey blonde itu, Kagamine Rin.
Gadis berambut teal yang memegang kotak musik antik itu tersenyum. "Ini peninggalan orang tuaku," ujarnya.
"Miku, aku boleh pinjam, tidak?" tanya gadis berambut pirang diikat samping, Akita Neru.
"Uh..." Miku tampak ragu.
"Ayo dong, Miku! Boleh, ya?" pinta Neru.
"Gimana ya? Bukannya enggak boleh, tapi..."
"Ah, dasar pelit!" seru Neru.
"Miku dari dulu memang pelit!" tambah Rin.
"Bukan begitu! Aku, aku..."
"Dasar pelit!"
"Pinjam dong!" Neru merebut kotak musik Miku.
"Ah, jangan Neru!" Miku berusaha merebut kembali kotak musiknya.
PRAAANG! Kotak musik Miku terlepas dari tangan Neru dan jatuh hingga hancur berkeping-keping.
"Kotak musikku..." Mata Miku berkaca-kaca.
"Huu! Salahmu sih, nggak mau pinjemin kotak musik! Jadinya pecah, deh!" olok Neru.
"Kamu jahat!" seru Miku sambil menangis.
"Daripada kamu pelit! Dapet balasannya, kan!" balas Neru.
"Apa sih, ribut-ribut!" seru Kagamine Len, kembaran Rin.
"Itu tuh, Len, si Miku nggak mau minjemin kotak musiknya. Jadinya pecah, deh," jawab Neru enteng.
"Iya tuh," sambung Rin.
Len geleng-geleng kepala melihat Miku yang memungut kotak musiknya yang hancur sambil menangis. "Kotak musik begitu aja ditangisin! Kotak musik kuno!" komentar Len.
"Kamu nggak ngerti betapa berharganya kotak musik ini untukku! Ini kan kotak musik dari orang tuaku, yang sudah meninggal!" seru Miku.
"Terserah deh," kata Neru cuek. "Ayo pergi, Rin!" Neru segera menggandeng tangan Rin untuk keluar kelas. Len juga pergi.
Tersisa Miku yang menangis sesenggukan. Kotak musik peninggalan orang tuanya yang sudah meninggal, kini hancur. Padahal, itu barang yang sangat berharga untuk Miku.
"Neru, Rin, Len..." bisik Miku pelan. "Aku tak akan melupakan ini. Lihat saja, aku akan meneror kalian..." seringai Miku.

Five Years Later

"Rin! Ayo cepat! Kita hampir ketinggalan pesawat, nih!" seru Neru.
"I-Iya!" sahut Rin sembari berlari-lari menyusul Neru. Untungnya lari Rin cukup cepat, sehingga ia tak begitu lama menyusul Neru dan masuk ke dalam pesawat. Rin dan Neru mendapat tempat duduk yang agak belakang.
"Untung larimu cepat, Rin," kata Neru.
"Hehe," Rin hanya nyengir seperti biasa.
"Nggak terasa ya. Kita udah kelas 1 SMA dan sekolah asrama! Pasti seru banget!" ujar Neru penuh semangat.
"Iya, tuh. Padahal rasanya kita baru aja SD. Eh sekarang udah SMA. Asrama, lagi!"
"Ngomong-ngomong, Len nggak satu sekolah sama kita, ya?" tanya Neru.
Rin menggeleng. "Nggak."
Neru hanya mengangguk-angguk saja. Sejak SD, Rin dan Neru menjadi sahabat akrab. Dan sekarang, mereka mendaftar di SMA asrama yang sama. Kotatsu Gakuen. Letaknya memang di Hokkaido.
"Katanya di Hokkaido tempat tinggal keluarga Hatsune, ya," kata Rin tiba-tiba.
"Hatsune? Hatsune Miku yang waktu SD itu?" tanya Neru.
Rin mengangguk. "Iya."
"Bukannya orang tuanya sudah meninggal?"
"Mm... Tapi di Hokkaido ada keluarganya. Yah, sepupu dan paman bibinya..."
"Ohh..." Neru hanya ber-'oh' ria. Pikirannya melayang masa masa SD-nya dulu, saat ia dan Rin masih bersahabat dengan Hatsune Miku.
Miku adalah sahabat Neru dan Rin sejak taman kanak-kanak. Orang tua Miku sudah meninggal sejak Miku kelas 1 SD. Miku akhirnya tinggal sendirian, walau kadang-kadang Mikuo sepupunya berkunjung ke rumah Miku. Neru dan Rin selalu menemani Miku kalau ia sedang kesepian. Sampai...
Peristiwa di kelas 5 SD itu
Hari itu, Miku membawa kotak musiknya. Kotak musik berwarna putih dan emas dengan ukiran-ukiran antik. Kotak musik itu adalah peninggalan orang tuanya untuk Miku. Makanya, Miku sangat sayang dengan kotak musiknya. Neru ingin meminjamnya pada waktu itu, namun Miku ragu. Jelas saja, Neru itu ceroboh. Ia takut kotak musiknya rusak. Neru merebut kotak musik Miku, dan Miku merebutnya kembali. Sialnya, kotak musik Miku justru terjatuh dan hancur. Bukannya menghibur, Neru, Rin, ditambah Len justru mengolok Miku dan pergi keluar kelas, meninggalkan Miku yang menangis sesenggukan.
Entah apa yang merasuki pikiran Neru, Rin, dan Len pada saat itu. Mereka jadi tega sekali pada Miku. Padahal, sebelumnya tak pernah ada kejadian seperti itu. Membentak saja tidak pernah.
Keesokan harinya, Miku tidak masuk sekolah. Begitupun keesokan harinya lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi (Mikan digaplok readers gara2 kelamaan -,-) Dan seterusnya Miku tidak masuk sekolah. Akhirnya dapat kabar kalau Miku pindah ke Hokkaido.
Sampai saat ini, kalau mengingat kejadian itu Neru jadi merasa sangat bersalah pada Miku.
"Hei, melamun saja," Rin membuyarkan lamunan Neru.
"Enggak, kok. Aku ngantuk," kilah Neru sambil tersenyum.
"Kebetulan aku ada permen kopi. Kamu mau?" tawar Rin.
Neru mengangguk, dan Rin memberinya 3 permen rasa kopi. Neru sebetulnya tidak mengantuk sih, tapi tak apalah. Cepat-cepat ia mengulum permen itu.
"Makasih, Rin," kata Neru.
Rin mengangguk-angguk. Gadis berambut honey blonde ini lalu mengeluarkan handphone dan earphone-nya untuk mendengarkan lagu. 'Dengerin lagu Just Be Friend aja ah,' batin Rin. Ia memilih lagu Just Be Friend untuk didengarkannya. Lagu Just Be Friend mulai mengalun memanjakan telinga Rin. Namun, tak lama. Tiba-tiba saja, lagunya berganti menjadi lagu yang sangat asing di telinga Rin. Lagu yang... Menyeramkan. Nadanya mengerikan. Halus, namun seolah mengancam.
Rin mengecek handphone-nya. Terpampang judul lagu Just Be Friend di layar handphone-nya. Tapi kenapa bukan lagu Just Be Friend yang terdengar?
"Rin, kenapa wajahmu pucat?" tanya Neru heran.
"C-Coba dengarkan lagunya, deh," Rin memberikan earphone yang masih terhubung dengan handphone-nya. Neru mendengarkannya.
"Lagu Just Be Friend, ya?" komentar Neru.
Rin tersentak. "Apa?" Ia segera merebut earphone dan mendengarkan lagunya. Benar, lagu Just Be Friend. Lalu, lagu yang tadi itu apa?
"Memangnya kenapa, Rin?" tanya Neru kembali.
Rin menggeleng. Ia merasa SANGAT ketakutan saat itu. Tanpa Rin sadari, di pojok pesawat terlihat siluet gadis berambut teal diikat twintails sambil menyeringai. "Hihi... Kita mulai pembalasanku..."

#Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar