Setelah beberapa kali ditunda, Felix Baumgartner
akhirnya berhasil terjun bebas dari ketinggian 39,044 kilometer di lapisan stratosfer, 14 Oktober 2012 lalu.
Aksi atlet BASE Jump asal Australia kali ini tidak cukup hanya
mengandalkan nyali. Tanpa dukungan teknologi, Felix tak mungkin mampu
melakukannya.
Bayangkan, untuk menuju lapisan stratosfer yang terletak pada ketinggian 20 sampai 50 km, tak ada pesawat yang mampu melakukannya.
Pesawat jet komersial terbang pada ketinggian sekitar 14 kilometer.
Sedangkan jet tempur hanya mampu mencapai ketinggian sekitar 25
kilometer.
Satu-satunya cara mencapai ketinggian itu adalah dengan menggunakan balon raksasa yang diisi gas helium.
Naik balon, sepertinya mudah. Ternyata tidak. Lapisan stratosfer yang akan dituju keadaannya tidak sama dengan lapisan udara di sekitar kita.
Seperti kita ketahui, semakin tinggi, lapisan udara semakin tipis. Suhu di atas pun dinginnya bukan main. Ingat kalau kita naik pesawat? Baru pada ketinggian sekitar 8 kilometer saja, suhu udara sudah minus sekian derajat. Apalagi di stratosfer.
Pada bagian tengah lapisan stratosfer ini terdapat lapisan ozon. Pada lapisan bagian bawah, suhunya sangat dingin hingga mencapi minus 57 derajat Celcius. Namun, mendekati lapisan ozon suhu mulai naik, bahkan di atas lapisan ozon suhunya bisa mencapai 70 derajat Celcius.
Dengan mengenakan pakaian khusus dan berada di dalam kapsul, Felix bisa terlindungi dari bahaya suhu rendah dan tekan udara yang sangat tinggi di lapisan stratosfer.
Tetapi, jika pakaian khusus ini rusak, ia bisa terkena gejala darah mendidih atau ebullisme yang disebabkan oleh tekanan yang sangat tinggi.
Setelah Felix keluar dari kapsul, pakaian khusus ini menjadi satu-satunya perlindungan sampai Felix mencapi ketinggian tertentu dan mulai terjun dengan parasutnya.
Pakaian khusus yang dikenakan Felix ini tentu sangat istimewa. Pastinya, pakaian ini terbuat dari bahan tahan panas dan dilengkapi lapisan untuk menahan suhu dingin yang ekstrem. Selain itu, pakaian ini juga dirancang mampu menahan tekanan tinggi.
Pakaian ini dilengkapi tombol-tombol pengendali, kamera, cermin spion
untuk mengecek perlengkapan dan posisi tubuh waktu terjun, juga selang
ventilasi untuk mengatur udara.
Selain itu, pakaian ini dilengkapi helm yang terbuat dari bahan komposit yang ringan namun kuat dan tahan terhadap benturan.
Helm ini dilengkapi dengan alat pengatur sirkulasi udara, serta sistem pemanas untuk mencegah terjadinya kabut atau lapisan es yang menutupi kaca helm.
Untuk komunikasi dengan petugas misi di darat, helm ini juga dilengkapi earphone dan mikrofon.
Aksi terjun bebas Felix kali ini berhasil memecahkan 3 rekor sekaligus. Rekor kecepatan terjun melebihi kecepatan suara atau 1,24 kali kecepatan suara atau 1.342,8 kilometer per-jam. Rekor tertinggi penerjunan, yaitu 39,044 kilometer. Juga rekor terbang tertinggi dengan balon udara.
Penulis: Sigit Wahyu | Sumber foto: redbullstratos.com/ Kidnesia.com
Bayangkan, untuk menuju lapisan stratosfer yang terletak pada ketinggian 20 sampai 50 km, tak ada pesawat yang mampu melakukannya.
Satu-satunya cara mencapai ketinggian itu adalah dengan menggunakan balon raksasa yang diisi gas helium.
Naik balon, sepertinya mudah. Ternyata tidak. Lapisan stratosfer yang akan dituju keadaannya tidak sama dengan lapisan udara di sekitar kita.
Seperti kita ketahui, semakin tinggi, lapisan udara semakin tipis. Suhu di atas pun dinginnya bukan main. Ingat kalau kita naik pesawat? Baru pada ketinggian sekitar 8 kilometer saja, suhu udara sudah minus sekian derajat. Apalagi di stratosfer.
Pada bagian tengah lapisan stratosfer ini terdapat lapisan ozon. Pada lapisan bagian bawah, suhunya sangat dingin hingga mencapi minus 57 derajat Celcius. Namun, mendekati lapisan ozon suhu mulai naik, bahkan di atas lapisan ozon suhunya bisa mencapai 70 derajat Celcius.
Dengan mengenakan pakaian khusus dan berada di dalam kapsul, Felix bisa terlindungi dari bahaya suhu rendah dan tekan udara yang sangat tinggi di lapisan stratosfer.
Tetapi, jika pakaian khusus ini rusak, ia bisa terkena gejala darah mendidih atau ebullisme yang disebabkan oleh tekanan yang sangat tinggi.
Setelah Felix keluar dari kapsul, pakaian khusus ini menjadi satu-satunya perlindungan sampai Felix mencapi ketinggian tertentu dan mulai terjun dengan parasutnya.
Pakaian khusus yang dikenakan Felix ini tentu sangat istimewa. Pastinya, pakaian ini terbuat dari bahan tahan panas dan dilengkapi lapisan untuk menahan suhu dingin yang ekstrem. Selain itu, pakaian ini juga dirancang mampu menahan tekanan tinggi.
Selain itu, pakaian ini dilengkapi helm yang terbuat dari bahan komposit yang ringan namun kuat dan tahan terhadap benturan.
Helm ini dilengkapi dengan alat pengatur sirkulasi udara, serta sistem pemanas untuk mencegah terjadinya kabut atau lapisan es yang menutupi kaca helm.
Untuk komunikasi dengan petugas misi di darat, helm ini juga dilengkapi earphone dan mikrofon.
Aksi terjun bebas Felix kali ini berhasil memecahkan 3 rekor sekaligus. Rekor kecepatan terjun melebihi kecepatan suara atau 1,24 kali kecepatan suara atau 1.342,8 kilometer per-jam. Rekor tertinggi penerjunan, yaitu 39,044 kilometer. Juga rekor terbang tertinggi dengan balon udara.
Penulis: Sigit Wahyu | Sumber foto: redbullstratos.com/ Kidnesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar