1 January, 1988
"Ayah, nanti malam kita pesta tahun baru, kan?" tanya seorang gadis berumur 7 tahun.
"Ya, Lissy," jawab sang Ayah.
Si gadis kecil, Lissy. Bersorak gembira. Sang Ibu keluar dari kamarnya dan memeluk Lissy.
7 January 1988
Si gadis Lissy terbangun dari tidurnya pada tengah malam. Bukan karena lapar atau semacamnya, itu karena ia mendengar suara Ayahnya berteriak, dan Ibunya menangis. Lissy membuka pintu kamarnya. Ayahnya dan 2 orang gadis berdiri. Gadis itu Ibunya, dan satunya lagi entah siapa.
"Teganya kau lakukan ini!" seru Ibu Lissy.
Lissy tertegun. "Ayah? Ibu? Kenapa Ibu menangis?" tanya Lissy polos.
Ibunya semakin menangis. Sedangkan gadis muda disamping Ayahnya itu malah tertawa. Tawanya menyayat hati.
"Ayah, siapa dia?" tanya Lissy lagi.
"Ibu barumu," jawab sang Ayah.
Lissy tertegun. "Memangnya, Ibu kenapa? Ibu, kenapa Ayah bilang 'Ibu Baru'?"
Ibunya menangis, tapi ia berusaha agar tidak membuat putrinya itu panik. Namun Ayahnya segera menyela.
"Lissy sekarang pilih, mau hidup dengan Tante Emily atau dengan 'dia'?"
Lissy kaget. "Dia?! Ibu?!"
"Sekarang Emily yang akan menjadi Ibumu, Lissy,"
"Tidak! Tidak ada siapapun yang bisa menggantikan Ibu!! Tak akan!"
"Kalau begitu, pergilah kau dengan Ibumu itu,"
Ibu Lissy memeluk Lissy. "Jangan, biarkan Lissy tinggal disini. Bagaimanapun juga, dia putrimu. Setega apa kau, mengusir putrimu sendiri demi wanita jahanam itu?!"
Ayah Lissy memecut Ibu Lissy dengan ikat pinggang. Ibu Lissy menjerit. Bagaimanapun, bagian besi tepat terkena wajahnya.
"Ayah! Jangan sakiti Ibu!" jerit Lissy.
Namun, Ayahnya terus memecut Ibunya dengan ikat pinggang. Sedangkan Emily tertawa melihatnya. Lissy berusaha melindungi Ibunya.
"AA!" jerit Lissy, ia terkena pecutan dari Ayahnya sendiri.
"Cukup! Jangan sakiti dia! Lissy sayang, ayo kita pergi dari tempat ini," seru Ibunya.
Lissy menangis. Ibunya menggendong Lissy, dan mengambil tas yang sepertinya sudah sedari tadi dipersiapkan olehnya.
"Ayo Lissy, ayo," Ibunya pergi keluar, tak mau menjadi sasaran amukan Ayahnya.
Diluar ternyata terjadi badai salju yang begitu deras. Menangis, Ibunya berjalan mencari tempat untuk bermalam.
"Ibu, Ayah kenapa. Ibu, kenapa Ayah mengusir kita..?" tangis Lissy.
"Ssh, diamlah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar