Sabtu, 30 Maret 2013

Pict Vocaloid

Hatsune Miku~

Miku~

Hatsune Miku again~

Miku ^o^

Furukawa Miki~

Miki ^^

Miki~

Miku and Miki ^o^

Megpoid Gumi

Gumi ^^

Len and Rin

Kagamine Rin

Kagamine Rin

~~~""~""""~""~"~"~"~""~

Jumat, 29 Maret 2013

Sorry (Chapter 4)

Rin mulai menggeledah gudang itu, dan menemukan pakaian. Sepertinya, masih baru, entah bagaimana. Tapi Rin tidak peduli. Ia segera memakainya dan meninggalkan seragamnya begitu saja. Ia menyeringai. "Dua orang sudah kubunuh. Tunggulah, cepat atau lambat aku akan membunuh kalian," seringainya, lalu meninggalkan gudang dan mayat Neru.

- Normal PoV-

"Rin dan Neru lama sekali," celetuk Miku.
"Mungkin mereka membicarakan banyak hal," komentar Luka.
Ketika Miku akan berbicara, tiba-tiba saja Rin datang. Bajunya sudah berganti. Tadinya seragam, menjadi T-Shirt kuning yang agak kotor, dan rok hitam. Len mengernyit. Itu bukan pakaian Rin, batin Len.
"Rin! Kau datang juga!" seru Miku.
"Kok bajumu ganti, Rin?" tanya Luka heran.
Rin nyengir. "Tadi aku terpeleset ke lumpur. Dan jadinya baju seragamku kotor. Jadi, aku ke rumah dulu ganti baju. Hehe, maaf lama ya..."
Len mengernyit. "Aku tidak pernah melihat baju itu, Rin. Itu bukan bajumu, kan?"
"Enak saja! Ini bajuku, hanya saja jarang dipakai," kata Rin.
"Oh, gitu," tanggap Len singkat, masih heran dengan sikap saudari kembarnya itu.
"Ngomong-ngomong, mana Neru?" tanya Kaito yang sedari tadi diam saja.
Wajah Rin menjadi pucat. "Err, itu, itu, Neru tadi... Pulang! Yap, pulang ke rumahnya," jawab Rin sambil berusaha tersenyum.
"Yah, kenapa enggak ikutan ke cafe lagi? Malah langsung pulang," gerutu Miku.
Rin tertawa dipaksakan. "I-Iya."
"Ini orange parfait-mu, Rin. Kesukaanmu, kan?" Len menyodorkan segelas orange parfait pada Rin.
Mata Rin langsung membelalak. "Orange parfait! Kesukaanku!"
Rin, langsung melahap orange parfait itu dengan lahap. Tidak sampai lima menit! Semua tertawa melihat tingkah Rin.
"Kau ini, suka sekali orange parfait!" komentar Meiko sambil tertawa. Dia memegang... Ehm, sake. Untungnya sake beralkohol rendah, tak begitu berakibat fatal.
"Daripada kau, Meiko. Sukanya sake," balas Rin sambil mencibir.
"Eh! Panggil aku Meiko-senpai! Aku kan lebih tua darimu!" canda Meiko.
"Baik, Sen... Uwwehh, aku tak sanggup memanggilmu senpai." Kali ini Rin yang bercanda. "Senpai kok, suka minum sake."
Meiko cemberut karena disindir-sindir kesukaannya suka minum sake. Untungnya ia tak ketahuan guru. Bisa-bisa di hukum.
"Jus wortel memang enak, ya," kata Miku sambil meminum jus wortel dicampur negi. Ups, memangnya enak? Tanyakan saja pada Miku. "Aku jadi ingat Gumi, yang suka sekali wortel."
Semua jadi terdiam. Mereka tertawa-tawa, setelah sahabat mereka meninggal? Uh, rasanya bersalah sekali.
"Ah, aku merasa bersalah mengatakan begitu," ratap Miku.
"Kalau aku merasa bersalah pada Gumi. Entah apa dia sekarang, sementara kita tertawa-tawa," ujar Meiko.
"Kira-kira, keluarga Megpoid sudah tahu belum, ya?" tanya Kaito.
Semua menggeleng. Mereka diam, teringat kenangan-kenangan bersama Gumi. Namun, Rin memikirkan hal berbeda. Ketika ia membunuh Gumi. Wajah Gumi begitu ketakutan. Untungnya, Rin tidak membunuh Gumi seperti ia membunuh Neru.
Diam-diam, Rin merasa 'agak' bersalah telah membunuh Gumi. Tapi, ia teringat dengan mimpinya juga. Sebuah pikiran lain menyelanya, apakah itu betul? Memikirkannya, Rin jadi gelisah dan merasa sangat bersalah. Ia agak takut kalau dihantui Gumi atau Neru. Rin berusaha menyingkirkan pikirannya itu.
"Ehm, aku pulang dulu, ya," kata Rin memecah keheningan diantara mereka.
"Eh, oh, aku juga," kata Miku dan Luka bersamaan.
Meiko dan Kaito mengangguk. Mereka berdiri, tanda mau pulang. Rin menarik Len. "Ayo, Len."
Setelah membayar (tentulah, mau diteriakin maling?), mereka pulang ke rumah masing-masing. Selama perjalanan, Rin diam saja. Hal itu tentulah membuat Len bingung. Rin, Rin, ada apa denganmu? batin Len.

- Rin PoV-

Len memandangiku dengan sangat aneh. Apa dia heran dengan sikapku? Ah, kalau begitu, aku harus bersikap biasa saja agar dia tak curiga,pikirku.
"Ehm, Len! Nanti aku akan memasak sashimi untukmu!" kataku dengan nada riang.
"Sashimi? Bukankah masih ada pizza yang dipesan semalam?"
Ah, salah, aku malah membuatnya makin curiga. Oke, step two. "Hem, kalau begitu, nanti kita main ke rumah Miku, yuk?" ajakku.
"Boleh juga," Len mengiyakan. Aha, berhasil! sorakku dalam hati.
Makan siang begitu sepi. Len tidak bicara. Begitu pula aku. Sementara Ayah dan Ibu tentu belum pulang dari pekerjaannya.
"Rin," ucap Len pelan.
"Ya, Len?" tanyaku heran, karena nada bicara Len cukup 'aneh'.
"Mana baju seragammu?"
Glek! Hampir saja aku tersedak mendengar pertanyaan Len. Len memandangku dengan mata birunya yang tajam. Menantikan jawaban dariku. "Err... Itu..." Aku menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal, berusaha mencari jawaban.
KRIIIINGGG! Telepon tiba-tiba berbunyi. Len beranjak, lalu mengangkat telepon itu. "Ya, Kagamine disini," ucap Len.
Orang diseberang menjawab. Aku tak tahu ia bicara apa. Yang jelas, wajah Len jadi memucat dan panik. "Y-Ya, saya dan kakak saya akan segera ke sana. T-terima kasih." Len menutup telepon. Ia menatapku dengan sangat tajam.
"Rin, jawablah," ucapnya pelan. "Jawablah, kenapa ada seragam dan kartu pelajarmu di gudang yang menyimpan mayat Akita Neru yang terpotong-potong?"

#Bersambung

Kamis, 28 Maret 2013

Sorry (Chapter 3)

- Len PoV-

Aku menatap kerumunan di depanku. Pikiranku melayang pada sikap Rin tadi, yang bisa kubilang ANEH. Kenapa ia dua kali ke toilet? Dan... Hei, kenapa ia dan Gumi belum kembali? Baru saja aku akan bertanya, sosok Rin sudah ada di ambang pintu.
"Rin? Mana Gumi?" tanya Meiko.
"Gumi belum kembali?" Rin balik bertanya dengan raut wajah bingung, namun terlihat aneh di mataku.
"Bukankah kau tadi bersamanya?" Kali ini Kaito yang bertanya.
Rin menggeleng. "Tadi, aku tidak jadi ke toilet dan memutuskan ke kantin. Tapi Gumi tetap ke toilet. Kupikir ia sudah kembali."
"Gumi belum kembali," ucapku. Rin mengernyitkan dahi, heran.
"Kalau begitu, kita susul aja ke toilet," usul Miku.
"Ya sudah. Ayo, mumpung belum masuk." Kaito menyetujui.
Akhirnya, kami pun pergi ke toilet. Aku masih memandangi Rin dengan aneh. Dia tampak heran, bingung, tapi juga terlihat tenang. Dan... Mengerikan.
"Len? Ada apa memandangiku terus?" tanya Rin.
"Eh? Tidak, tidak apa-apa," tukasku. Rin hanya tersenyum seperti biasa. Akhirnya, kami tiba di toilet anak perempuan.
"Gumi tadi ke toilet yang mana?" tanya Luka.
"Aku enggak tahu. Aku enggak nganterin dia sampe toilet," jawab Rin.
"Kita coba saja satu-satu," usul Meiko. Hanya ada tiga toilet di sekolah ini. Luka, Miku, dan Meiko segera membuka satu-satu. Aku bisa melihat, pupil mata Rin membesar.
"KYAAAAA!" pekik Miku histeris.
"Ada apa?!" tanyaku dan Kaito.
"Gu-Gumi..." Miku menunjuk ke toilet itu dengan histeris. Wajahnya pucat sekali. Kami segera melihat ada apa di toilet itu. Itu... Mayat Gumi! Kepala dan tubuhnya terpisah. Rin, Luka, dan Meiko menjerit. Sementara Miku menangis tersedu-sedu.
"Kenapa bisa begini?!" tanya Kaito kaget.
"A-Aku tidak tahu... Begitu aku membuka pintu toiletnya, sudah seperti ini..." jawab Miku lirih.
Aku berpikir keras. Pasti ada yang membunuh Gumi. Pasti. Tidak mungkin ia bunuh diri. Matanya masih terbelalak.
"Kalian beritahu guru soal hal ini. Sementara aku, Rin, dan Meiko akan disini," perintahku. Teman-temanku mengangguk setuju. Kalian tahu alasanku? Aku memilih Rin dan Meiko untuk disini, karena setidaknya mereka cukup pintar, dan suka menyelidiki sesuatu. Dan tidak cengeng. Yah, setidaknya itu alasanku.
Guru-Guru berdatangan. Mereka histeris, beberapa ada yang nyaris pingsan. Kami segera ditanyai macam-macam oleh guru. Kepala Sekolah lalu memanggil polisi untuk meneliti kasus ini, kami dibolehkan pulang.
"Bagaimana kalau kita kumpul di cafe dulu?" ajak Meiko.
Kami semua setuju dengan usul Meiko. Akhirnya, kami langsung ke cafe yang tak jauh dari sekolah, dan sekaligus sebagai tempat favorit kami.

- Len Pov End-
- Normal PoV-

Cafe
"Kematian Gumi sangat aneh, yah begitu," ujar Kaito.
"Ya, siapa yang membunuhnya?" tambah Luka.
"Belum tentu ia dibunuh! Siapa tahu ia bunuh diri!" sela Rin dengan sengit.
"Bisa saja! Memang kau ada bukti apa kalau Gumi bunuh diri?" tukas Len.
"Kalau Gumi dibunuh, siapa pembunuhnya?! Tidak mungkin murid-murid sekolah!" kata Rin sengit.
"Tidak mungkin bunuh diri, Rin," kata Len dengan nada lebih lembut. "Tidak ada benda tajam di TKP tadi. Ya kan, Meiko?"
Meiko mengangguk mengiyakan. "Betul kata Len. Kalau Gumi bunuh diri, tidak ada satupun benda tajam di toilet tempat mayat Gumi."
Rin diam, merasa kesal. Len memandang Rin dengan heran. Saudari kembarnya ini sangat aneh sekarang.
"Kalian ternyata berkumpul di cafe ini."
Len, Rin, Miku, Kaito, Meiko, dan Luka menoleh. Neru, dengan senyumnya yang biasa. "Rin, aku ingin bicara denganmu."
Rin mengangguk, lalu berdiri dan berjalan ke arah Neru. "Lebih baik jangan disini, oke?"
"Baiklah, Rin." Neru tersenyum. Rasanya, Rin muak sekali melihat senyum itu. Rin dan Neru lalu berjalan ke gudang kosong tak terpakai. Rin yang memilihnya, mereka masuk ke dalamnya.
"Ehm, kenapa harus disini, Rin?" tanya Neru sambil terbatuk-batuk karena gudang itu penuh debu.
"Sebelumnya, kenapa kau mengajakku bicara?" Rin balik bertanya.
"Begini, hal apa saja yang kau sukai?" tanya Neru.
Pupil mata Rin membesar. Ia tampak marah. "Hanya itu?! Kau mengajakku bicara hanya untuk menanyakan ini!? Bodoh!"
"Bukan begitu maksudku, tapi..." Neru tidak melanjutkan perkataannya. Karena Rin tiba-tiba mengeluarkan katana dari balik bajunya. Entah bagaimana ia membawanya, karena katana itu sangat berat. "R-Rin, apa y-yang akan k-kaulakukan dengan k-katana itu?" tanya Neru ketakutan.
"Apa? Tentu saja membunuhmu," Rin tersenyum licik. Neru terbelalak. Dengan cepat, Rin menghunuskan katananya dan menebas tangan kiri Neru hingga tangan malang itu terpisah dari tuannya. Neru menjerit kesakitan.
Rin bergerak dengan cepat, memegang kepala Neru dengan tangan kirinya. Sementara tangan kanannya memegang katana. "Menjeritlah, Neru," perintah Rin dengan nada mengerikan. Dengan sekali tebas, Rin memotong pergelangan kaki Neru.
"AAAAA!" jerit Neru kesakitan. Di saat itu, Rin langsung memotong lidah sang penjerit. Dengan wajah kejam, Rin memotong Neru berkali-kali sampai Neru tinggal potongan-potongan daging.
"Hahaha! Bagus sekali!" tawa Rin dengan keras, di hadapan mayat Neru yang sangat mengerikan. "Tapi, uh, bajuku ternoda darah. Teman-temanku pasti curiga," gumam Rin.
Rin mulai menggeledah gudang itu, dan menemukan pakaian. Sepertinya, masih baru, entah bagaimana. Tapi Rin tidak peduli. Ia segera memakainya dan meninggalkan seragamnya begitu saja. Ia menyeringai. "Dua orang sudah kubunuh. Tunggulah, cepat atau lambat aku akan membunuh kalian," seringainya, lalu meninggalkan gudang dan mayat Neru.

#Bersambung

Sorry (Chapter 2)

- Rin PoV-

Apakah aku harus membunuh mereka?

Aku berpikir, kemudian menggeleng. Berusaha menyingkirkan pikiran gila itu dari otakku. Tidak mungkin aku membunuh teman-temanku, atau kembaranku. Seburuk apapun mereka. Len, Miku, Luka, Kaito, Meiko, Gumi, dan... Ah, aku tak bisa menyebutkan semuanya. Yang pasti, aku tidak akan membunuh mereka.

"Rin?"

Aku tersadar. "L-Len? Kenapa kau masih disini?"

Len mendekatiku. "Kau terus terdiam disini. Aku khawatir. Ayo, kita ke kelas," ucap Len sambil menggandeng tanganku menuju kelas.

Sampai di kelas...

"Rin! Kau kemana saja?!" sapa Miku. Heh, Miku? Bukankah dia kelas 2 SMA? Dan aku masih kelas 3 SMP. Kenapa dia di kelasku?

"Miku?" tanyaku heran.

Gadis berambut hijau toska itu mengangguk sambil menunjukkan senyum terbaiknya. "Yup, ini aku, Hatsune Miku."

"Kenapa kau disini?" tanyaku lagi.
"Aku hanya iseng saja kesini bersama Gumi, Luka, Kaito, dan Meiko," jelas Miku. "Lagipula, aku rindu padamu, Rin!"
Aku tertawa melihat tingkah Miku. Ah, tidak mungkin. Tidak mungkin di balikku dia menjelek-jelekanku. Aku duduk di bangkuku dengan lega.
"Miku, boleh bicara sebentar?" Akita Neru tiba-tiba muncul dari balik pintu kelasku.
Miku mengangguk. Kemudian, ia berjalan menuju Neru dan keluar kelas. Sepertinya, ada hal penting yang mereka ingin bicarakan. Apa, ya?
"Aku ingin keluar kelas, ahh~" kataku.
"Eh! Buat apa?!" cegat Len.
Aku mengernyit. "Memangnya kenapa?"
"K-Kau keluar untuk apa? Menguping, ya?" tuduh Len.
"Eh! Enak saja! Aku mau ke toilet!" sanggahku.
"Toilet? Baru saja kau ke toilet. Ada apa, sih?" Len seperti berusaha mencegahku keluar. Aku mengernyit. Aneh sekali rasanya. Kenapa Len?
Belum sempat Len menjawab pertanyaanku, Miku sudah kembali ke dalam kelas dengan wajah berbinar. Hei, apa yang dia bicarakan dengan Neru, ya?
"Cepat sekali Miku, bicaranya," pancingku.
Miku tertawa. "Tentu saja. Cuma pembicaraan singkat, kok. Tentang..." Miku terdiam sesaat. Lalu, ia melanjutkan dengan agak gugup. "T-Tentang ujian."
Hm, itu agak aneh. Apa maksudnya dia mau bilang tentangku?

- Normal PoV-

Rin mendengus pelan, lumayan kesal. "Aku mau ke toilet, cuci muka," kata Rin dengan nada ketus.
"Aku ikut!" kata Gumi tiba-tiba. Rin mengangguk lesu. Mereka pun berjalan menuju toilet sekolah.
"Tunggu aku, ya, Rin~" pinta Gumi sambil masuk ke salah satu bilik toilet.
Rin hanya mengangguk, lalu mulai membasuh mukanya. Rin menghela napas. Sosok orang tadi tiba-tiba muncul kembali.
"Kau lagi," sapa Rin dengan dingin.
Dia mengangguk. "Apa kau tahu, apa yang dibicarakan kedua temanmu tadi?"
Rin memicingkan matanya, lalu menggeleng. "Tidak."
"Kau akan mengetahuinya," ucapnya sambil mencengkram pergelangan tangan Rin. Mereka seolah-olah berputar. Saat Rin membuka matanya, ia bisa melihat Miku dan Neru yang bercakap. Waktunya kembali. batin Rin.
"Bagaimana kalau ketahuan?" tanya Neru.
Miku menggeleng sambil tertawa. "Tidak akan, Neru. Rin itu gadis yang bodoh. Dia tidak akan menyadarinya."
Neru tertawa. "Kau benar juga, Miku."
Miku ikut tertawa. Rin panas melihatnya. Lalu, semua kembali berputar dan dia kembali ke toilet. Orang itu sudah menghilang. Tapi, di tangan Rin, ia memegang sebuah... Katana. Rin menyeringai.
"Rin? Kau masih disitu?" tanya Gumi dari dalam.
"Ya!" jawab Rin. "Cepatlah sedikit!" Agar aku bisa membunuhmu, lanjut Rin dalam hati.
Gumi keluar dari kamar mandi sambil tersenyum. Namun, senyuman itu segera hilang melihat Rin yang mendorongnya dalam kamar mandi, lalu menguncinya.
"R-Rin?" tanya Gumi kaget.
Rin menyeringai. "Ya, Gumi?" jawabnya sambil menghunus katana-nya.
Gumi terbelalak. "Apa yang akan kau lakukan, d-dengan katana i-itu?"
Rin kembali menyeringai seram. Ia mengangkat katana itu, lalu mendekatkannya ke leher Gumi. Gumi pucat, gemetaran. "R-Rin! Ja-jangan..."
"Setelah kalian menjelekanku di belakangku?" kata Rin sinis. Gumi membelalak.
"A-Apa?!"
"Sudahlah, Gumi. Mengaku sajalah. Toh, aku akan segera membunuhmu," ucap Rin. Tanpa menunggu perkataan Gumi selanjutnya, ia langsung menebas leher Gumi hingga tandas. Rin tertawa seperti iblis.
"Hahaha! Baguslah, satu orang mati. Selanjutnya semuanya..." Ia tersenyum licik. Lalu, menutup pintu kamar mandi, meninggalkan mayat Gumi yang kepalanya terpisah dengan tubuh malang itu.
Bersambung~

Welcome to Nightmare Camp! (3)


Aku terkejut. Lalu menoleh ke samping. Tidak ada siapapun. Semua teman-temanku sekarang sedang berada di depanku. Siapa suara tadi?
"Hei, Cathryn!" Alice mengguncangkan pundakku lagi.
"Aduh.. Apa sih?" tanyaku.
"Kau bengong terus! Jelaskan! Tadi ada apa, sih? Siapa perempuan maksudmu? Kejadiannya bagaimana?" tanya Alice bertubi-tubi.
"Iya! Aku penasaran!" tambah Jessica.
Aku terdiam cukup lama. Aku ingin bicara, namun mulutku seakan terkunci. Miss Elisa tiba-tiba muncul.
"Berbarislah sekarang. Kita akan segera berangkat," kata Miss Elisa.
"Siap, Miss!" Jessica memberi hormat.
"Nanti saja deh, kau ceritakan. Ya?" kata Alice.
Aku mengangguk. Jessica segera memimpin regu kami untuk berbaris. Bersama regu lain, kami berjalan menuju Strought Forest. Jangan salah, ya! Strough Forest jaraknya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Walaupun lumayan jauh.

***

Strought Forest

Strought Forest sudah terlihat di depan mata kami. Strought Forest dipenuhi berbagai macam tumbuhan aneh, dan pohon-pohon besar. Kata orang-orang, jika masuk ke dalam Strough Forest terlalu dalam, maka tak akan bisa keluar lagi.
Banyak yang mencoba membuktikan mitos ini. Benar. Dari entah sekian ratus orang yang mencoba masuk begitu dalam ke Strought Forest, tak ada yang kembali. Seolah-olah hilang ditelan bumi.
"Ahh! Udara yang segar!" seru Jessica gembira. Ia memang senang sekali dengan udara segar.
Rombongan pramuka berhenti di tempat biasa kami berkemah. Ada sungai di situ.
"Sekarang, duduk!" perintah Caldren Cone, kakak pembina yang lain.
Kami langsung duduk melepas rasa lelah setelah sekian jauhnya berjalan. Rumput yang basah terasa tak asing lagi di tanganku.
"Cathryn," bisik Alice yang duduk di depanku sesuai barisan. "Bisa kau ceritakan sekarang soal tadi?"
Aku baru saja akan menjawab, saat Caldren menghardik kami. "Jangan mengobrol!" hardik Caldren.
"Nanti saja," bisikku.
Caldren Cone adalah kakak pembina paling galak yang pernah kukenal. Sekaligus menyebalkan. Caldren segera memerintahkan regu-regu untuk mendirikan tenda. Tanpa bicara, kami langsung mendirikan tenda. Setelah mendirikan tenda, Caldren menyuruh kami berkumpul.
"Sekarang, kita akan berkeliling Strough Forest," kata Caldren.
"Yahh, nggak seru," celetukku tanpa sadar.
Caldren menatapku kaget. Kemudian tersenyum misterius. "Memang tidak seru. Nanti malam, kalian akan melakukan yang lebih seru lagi."
Aku mengernyit heran. Begitu pula anggota regu lainnya. Tapi, karena perkataan Caldren itu, kami jadi menikmati berkeliling di Strought Forest.
Malam tiba. Caldren, Elisa, dan beberapa kakak pembina lain mengumpulkan kami.
"Sekarang, kalian akan melakukan sesuatu yang sangat seru," kata Caldren sambil tersenyum misterius.
Seluruh anggota pramuka tampak sangat menanti perkataan Caldren selanjutnya.
"Sekarang, berbaris dan masuk ke hutan. Kita adakan penjelajahan hutan lagi," lanjut Caldren.
Semua langsung mendesah kecewa. Begitu pula aku dan Alice.
Mau tak mau, kami langsung berjalan untuk menjelajah hutan kembali. Caldren dan Elisa yang memimpin. Tiba-tiba saja, mereka berhenti, lalu berbalik.
"Sekarang, saat yang seru itu benar-benar dimulai," kata Caldren pelan. Ia menyeringai menyeramkan. "Kita akan mencoba membuktikan mitos legendaris itu."

#Bersambung

Rabu, 27 Maret 2013

Welcome to Nightmare Camp! (2)


Aku dan Alice tercengang. Di mana gadis berkursi roda yang tadi? Jessica tertawa. "Kalian pasti salah lihat," ucapnya.
"Enggak! Aku beneran lihat, kok!" Alice bersikeras.
"Aku juga! Gadis itu berambut pirang, bermata hijau, duduk di kursi ro-" Ucapanku terputus karena Alice mengguncangkan pundakku untuk diam.
Jessica geleng-geleng kepala. "Kalian pasti berhalusinasi."
Aku terdiam. Aku jelas tidak merasa berhalunisasi. Gadis itu terlihat begitu nyata. Sekalipun ya aku berhalusinasi, kenapa Alice juga melihatnya?
"Alice, tadi itu halusinasi atau betulan, ya?" tanyaku pada Alice.
"Sudah, ah. Lupakan saja," kata Alice. "Kita harus memikirkan soal berkemah minggu depan."
Aku mengangguk walaupun masih bingung. Bingung, sangat bingung. Ah, tapi, aku tidak boleh memikirkannya lama-lama. Sekarang, aku harus memikirkan soal perkemahan minggu depan..

***

Tak terasa 1 minggu berlalu begitu cepatnya. Dan sekarang, tibalah hari yang di tunggu itu. Berkemah! Yeay! Aku sudah mempersiapkan semuanya sebaik mungkin. Topi pramuka, dasi, tali, tongkat, pisau kecil, serta berbagai atribut yang sudah terpasang lengkap di seragam cokelatku.
Acaranya di adakan mulai jam 5 sore, berkumpul di sekolah. Sekarang, masing jam 4 sore lewat empat puluh menit. Meski begitu, aku sudah bersiap-siap untuk berangkat. Alice sudah menyamperku. Dan sekarang, dia ada di ruang tamu.
"Cathryn! Alice sudah menunggu lama, cepat sedikit!" seru Hanna, kakakku.
"Iya!! Sebentar!!" balasku sambil menguncir rambutku. Aku segera menyambar tongkat dan tasku, lalu berlari ke ruang tamu.
Alice sedang duduk tak tenang di sofa bersama Hanna.
"Alice!" panggilku.
"Lama sekali!" komentar Alice.
"Maaf," Aku nyengir.
"Ya, nggak apa-apa. Yuk, berangkat," ajak Alice.
Aku mengangguk.
"Hanna, aku berangkat dulu, ya!" pamitku pada Hanna.
"Ya!" sahut Hanna pendek.
Aku dan Alice segera berlari ke sekolah.

***

"Hei! Itu dia mereka!" seru Jessica begitu aku dan Alice menjejakkan kaki kami di lapangan sekolah.
Aku dan Alice segera berlari ke barisan regu kami.
"Jadi, semuanya sudah kumpul, ya!" kata Jessica.
Anggota reguku adalah aku, Alice, Jessica, Elysia, Zara, dan Connie. Ketuanya adalah Jessica, wakilnya Zara, sekretarisnya Alice, dan bendaharanya aku. Sebetulnya, aku ingin sekali menjadi ketua regu. Tapi, apa daya, aku cuma terpilih jadi bendahara.
"Sekarang jam berapa?" tanya Alice.
Elysia melirik jam tangan digitalnya. "Jam empat lewat lima puluh delapan menit. Itu artinya, sebentar lagi!" pekik Elysia.
"Yeah!" seruku gembira.
Rasanya senyumku lebar sekali sekarang. Aku memperhatikan anggota reguku. Alice,  Jessica, Elysia, sedang mengobrol. Zara, sedang menulis sesuatu. Connie, sedang menyanyi pelan.
Dan... Gadis itu lagi!
Mataku menangkap sesuatu yang ganjil. Ada gadis itu. Gadis yang kemarin. Gadis yang kemarin duduk di kursi roda. Namun, sekarang, gadis itu tidak duduk di kursi roda.
Ia sedang...
Duduk di samping Alice!
Matanya yang hijau sendu menatap Alice. Di bibirnya, tersungging senyuman sendu. Alice sepertinya sama sekali tidak menyadarinya.
Atau
Alice tidak melihat gadis itu?
"A-Alice!" panggilku tercekat.
Alice sepertinya tidak mendengar. Ia tetap tertawa bersama Elysia. Tak sadar gadis itu ada di sampingnya. Perlahan, gadis itu menoleh ke arahku. Matanya yang hijau menatapku sendu. Dengan tatapan yang begitu sedih. Tubuhku seakan beku, tak bisa bergerak. Hanya bisa mematung dan menatap wajah gadis itu.
"To-Tolong!" seruku sambil berusaha meronta.
Namun, tak ada. TAK ADA YANG MENDENGAR. Seolah-olah aku tak ada di antara mereka.
"Jangan..." desah gadis itu lirih.
"A-Apa?" tanyaku takut.
"Jangan... Cepat... Sebelum terlambat... Cepat... Pergi... Pergi..."
Ucapan gadis itu terus terngiang-ngiang di telingaku. Aku menutup telingaku. Berusaha tidak mendengar suara gadis itu. Namun percuma saja. Suaranya terus terdengar.
"Tidak! Pergi!" jeritku.
Pandanganku tiba-tiba menjadi kabur. Meski begitu, suara gadis itu tetap terdengar. Di antara samar-samar suara gadis itu, terdengar suara teman-temanku memanggil namaku.
"Cathryn! Cathryn!"
Plak! Plak! Dua tamparan keras mendarat di pipiku. Aku tersadar. Semua menjadi terang kembali. Dan sekarang, Alice serta teman-temanku dan Miss Elisa ada di depanku.
"Cathryn! Akhirnya kau sadar juga!" pekik Alice gembira.
"Apa yang terjadi?" tanyaku.
"Kau tadi pingsan. Sebelum pingsan, kau menjerit keras," jelas Alice.
"Apa yang membuatmu pingsan, Cath?" tanya Miss Elisa.
"Aku... Rasanya, ada seorang gadis di samping Alice. Dia... Dia mengatakan jangan, cepat, sebelum terlambat, dan pergi. Gadis itu... Gadis itu yang kita lihat kemarin, Al!" jawabku sambil mengguncang pundak Alice.
Alice terbelalak. "Hei, Cathryn! Coba tenang dulu!" Miss Elisa menenangkanku.
Aku berusaha tenang. Miss Elisa menyodorkanku segelas air mineral. Aku meminumnya sampai tandas.
"Coba ceritakan ulang dengan tenang," perintah Miss Elisa.
"Iya, seperti yang ku bilang tadi. Aku melihat seorang gadis di samping Alice. Gadis itu berambut pirang dan bermata hijau. Aku melihatnya kemarin, dia berkursi roda. Lalu, tadi, saat dia menatapku, rasanya aku nyaris tidak bisa bergerak. Dan, dia bilang begitu," ceritaku.
Miss Elisa tampak sangat kaget. Namun, ia berusaha menyembunyikan kekagetannya itu. "Kau yakin itu bukan halusinasi?"
Aku menggeleng. "Tidak. Semua... Terasa begitu nyata."
"Gadis? Di sampingku?" sela Alice heran. "Yang ada hanya Jessica dan Elysia."
"Aku tahu. Maksudku, gadis yang kita lihat kemarin, Al," ujarku.
"Tidak ada!" Alice bersikeras.
"Sudahlah!" lerai Miss Elisa. "Kita akan segera berangkat ke Strought Forest. Cathryn, kau ikut atau tidak?"
"Ikut!" seruku.
"Ya sudah. Asal kau tidak kelelahan," Miss Elisa berlalu ke regu tim lain untuk memberi komando.
Aku menghela napas.
"Kau bodoh,"
Aku terkejut. Lalu menoleh ke samping. Tidak ada siapapun. Semua teman-temanku sekarang sedang berada di depanku. Siapa suara tadi?

#Bersambung

Welcome to Nightmare Camp! (1)


"Anak-anak, pada hari Jum'at minggu depan, akan di adakan acara berkemah sampai hari Minggu di Strought Forest. Di harapkan semua murid bisa ikut. Pengumuman lain nanti akan di sampaikan lebih jelas." kata Miss Elisa, kakak pembina pramuka, pada dua tahun yang lalu.
Anak-anak pramuka bersorak gembira. Begitu pula dengan aku. Cathryn Ceremony. Aku sangat suka berkemah! Sudah berkali-kali aku ikut berkemah. Namun, perkemahan kali ini betul-betul luar biasa. Perkemahan ini bukan hanya seru. Tapi, menyeramkan, menegangkan, dan mengubah hidupku.
Membuat hidupku menjadi sangat menderita... Apakah kalian mau mendengar ceritaku?
Baiklah, kita mulai ceritanya dari sekarang...

***

Hari ini adalah hari Jum'at. Di sekolahku, Topaz Elementary School, setiap hari Jum'at selalu ada ekskul pramuka.
Menyenangkan!
Aku suka sekali pramuka. Dari kelas satu, sampai sekarang, kelas 6. Menurutku, setiap kegiatan pramuka itu selalu asyik. Termasuk...
Berkemah!
Ya, hal ini sangat ku nantikan dalam pramuka. Di sekolahku sih, biasanya berkemah dalam pramuka di adakan setiap 6 bulan sekali.
Dan sekarang, aku sedang menanti-nanti kapan saatnya berkemah lagi. Soalnya kan, sudah hampir 6 bulan sejak perkemahan terakhir.
Semoga saja, sebentar lagi! Ya, semoga saja. Sekarang, masih pelajaran kedua di hari Jum'at. Alias pelajaran Sains. Setelah pelajaran sains, istirahat, lalu pramuka!
"Jadi, untuk pe-er, halaman 91-93 bagian 1 sampai bagian 3," Mrs.White - guru sains - menutup pelajaran.
Mrs.White lalu mengemasi barangnya dan keluar kelas, bersamaan dengan bel istirahat yang berbunyi. Murid-murid bersorak gembira, lalu pergi ke luar kelas.
Alice, sahabatku, menggandeng tanganku. "Kita ke kantin yuk, Cath." ajaknya.
"Ayo! Bekalku juga sudah habis," aku menerima ajakannya pergi ke kantin.
Kami lalu berjalan ke kantin, dan membeli makanan.
"Kau beli apa?" tanya Alice.
"Hm... Aku bingung mau beli apa..." jawabku bingung.
"Mie instan  aja, sama kayak aku," usul Alice.
"Ya deh, mie instan kuah," pesanku kepada penjaga kantin sambil memberikan sejumlah uang yang pas sesuai harga pesananku.
Tak lama kemudian, makan pesanan kami sudah matang. Alias, mie instan. Praktis. Alice langsung memakannya dengan lahap. Saking lahapnya, sampai menimbulkan bunyi berdecak saat ia makan.
"Jangan makan sambil berdecak, ah," tegurku.
"Maaf. Soalnya, mie instannya enak, sih," ujar Alice sambil tetap memakan mie instannya.
Aku geleng-geleng kepala melihat tingkat Alice. Dengan cepat, aku menghabiskan mie instanku. Itu karena, sebentar lagi jam istirahat akan habis. Aku segera mengembalikan mangkuknya bersama dengan Alice, lalu berlari ke kelas untuk mengambil topi serta tongkat.

***

"Anak-anak, pada hari Jum'at minggu depan, akan di adakan acara berkemah sampai hari Minggu di Strought Forest. Di harapkan semua murid bisa ikut. Pengumuman lain nanti akan di sampaikan lebih jelas." kata Miss Elisa, kakak pembina pramuka.
Aku dan Alice bersorak gembira.
"Yey!! Berkemah!" sorak kami berdua riang.
"Yah, berkemah," keluh Callista, ia memang tidak suka berkemah.
"Memangnya kenapa? Berkemah kan, seru." tanyaku heran pada Callista.
"Itu sih, menurutmu. Pokoknya, aku nggak suka berkemah." jawab Callista.
Aku cuma mengangguk saja. Itu kan, hak dia juga, sih. Mau suka berkemah atau enggak. Ah, kenapa aku jadi ngomongin Callista, ya? Yang pasti, sekarang aku sangat senang karena akan berkemah!
"Cath, Cath, lihat, deh. Itu siapa, ya?" tanya Alice sambil menunjuk seseorang.
Aku memicingkan mataku untuk melihat siapa yang di tunjuk Alice. Seorang gadis dewasa berambut pirang acak-acakan, ia duduk di kursi roda. Matanya yang hijau tampak sendu.
"Iya ya. Itu siapa?" Aku ikut bingung.
"Ngomongin siapa, sih?" Tiba-tiba, Jessica ikut-ikutan.
"Itu, lho. Cewek berkursi roda yang ada di situ," jawabku sambil menunjuk gadis itu.
Jessica mengernyit. "Cewek? Berkursi roda? Mana? Enggak ada cewek berkursi roda."
"Hah?" Aku langsung beralih lagi ke tempat gadis berkursi roda itu.
Tidak ada orang di sana. Aku tercengang. Alice juga tercengang sepertiku. Siapa gadis itu? Mengapa ia hilang begitu saja?

#Bersambung

Selasa, 26 Maret 2013

Knitting Playfull

Aksesori berbahan rajut cocok dikenakan dalam segala suasana. Bentuk dan bahannya yang terbuat dari benang rajut warna-warni ini terlihat playfull.  Kesan santai dan ceria juga akan tercipta ketika kita memadukan aksesori rajutan pada busana yang kita kenakan. Jadi, pas banget kan bila kita pakai saat jalan-jalan ke mal atau saat ke tempat kursus.Violaaaa...!

syal 
 
Scarf

Hairpieces

siap_2 
 
Headbands

siap_3 
 
Teks : Tina/GIRLS Foto : Nendra/GIRLS. Koleksi : Warna , Naughty, Rainbow, TRE BATIK       

Masalah Kulit Sensitif

Gatal-gatal atau bentol merupakan contoh masalah kulit yang biasa terjadi. Apabila kita sering mengalaminya maka bukan tak mungkin kalau kulit kita termasuk kulit sensitif.
 
Masalah kulit sensitif biasanya adalah biduran, kaligata atau gidu. Perubahan keadaan kulit ini dicetuskan oleh banyak penyebab.  Beberapa di antaranya alergi terhadap kutu debu, bulu binatang, makanan tertentu, cuaca dingin, atau ada infeksi di tempat lain (misalnya, gigi berlubang, radang tenggorokan, dll).

Nah, bila kita merasa sering mengalami gatal-gatal atau muncul bentol merah pada kulit maka akan lebih baik bila kita mengetahui penyebabnya, sehingga kita bisa mengatasinya dengan cara menghindari penyebab tersebut. tersebut. Nah, untuk mengetahui penyebabnya, bisa dilakukan pemeriksaan antara lain dengan uji tusuk kulit. Namun, pemeriksaan ini tidak selalu dimiliki oleh dokter spesiali kulit. Pemeriksaan itu biasanya terdapat di rumah sakit atau klinik tertentu.

Teks: Majalah GIRLS. Ilustrasi: Yul C./GIRLS

Disappointed

Hari ini
Adalah hari yang begitu mengecewakan bagiku di sekolah.
Kau...
Menatapku dengan begitu sinis
Kau tahu, kau mungkin heran melihatku yang akhir-akhir ini, yang mulanya pendiam menjadi sangat periang dan banyak teman
Tapi
Tak usahlah kau mengatakan aku memakai obat guna-guna
Aku jelas-jelas mendengarmu mengatakan itu sembari menatapku saat temanku memintaku mengantarkannya ke toilet
Apa aku salah?
Kenapa kau jadi seperti itu, heh?
Kenapa kau... Membenciku?
Oh, tolong jangan katakan kau membenciku
Aku tak mau dengar kau bicara itu padaku
Aku tahu
Dulu aku pernah berjanji untuk tidak menyukaimu lagi
Maafkan aku karena mengingkari janjiku
Itu sangat sulit
Lebih sulit dari soal matematika
Lebih sulit dari membuat perangkat elektronik
Aku tahu itu
Aku tidak tahu aku bisa atau tidak
Tapi aku akan mencoba melakukannya
Ini permintaanmu, bukan?
Permintaan terakhirmu
Baiklah
Aku akan mencobanya
Walau ini sulit
Walau dipenuhi rasa sakit
Aku akan mencobanya
Tenanglah
Perlahan, aku akan hilang dari hidupmu
Tak akan kuganggu kau lagi
Terima kasih

Senin, 25 Maret 2013

Thank You

Di sekolah tadi
Kulihat betapa senangnya kau bersama dirinya
Kulihat betapa sebalnya kau saat aku ikut 'nimbrung' ke dalam obrolannya
Eh, kau tak marah, kan?
Tolong katakan kau tak marah
Tolong katakan kau tak keberatan jika aku bergabung
Tapi jika kau tak bisa katakan itu
Ya sudahlah
Aku melihatmu bergembira bersama dirinya
Aku melihatmu tertawa bersama dirinya

Itu bagus, bukan?

Itu tandanya, dia telah membuatmu bahagia
Aku akan merelakanmu, tenang saja
Walau tak semudah itu
Tapi, setidaknya hatiku tenang
Kau bahagia bersamanya, kan?
Kau tertawa bersamanya, kan?
Kau merasakan kedamaian bersamanya, kan?

Kalau benar begitu, aku turut senang

Setidaknya, dia lebih baik dariku
Ya, buktinya, kau senang bersamanya, kan?
Dia pun senang bersamamu
Ingat, ya, jangan sakiti hatinya. Oke?
Jangan buat dia kecewa
Buat dia senang dan berilah perhatianmu
Karena dia senang saat kau memberi perhatianmu
Sekalipun dia atau kau menyangkal
Aku tahu dari wajah kalian

Ya, sebelumnya, aku ingin mengucapkan terima kasih
Terima kasih, atas semua perhatian kau berikan
Terima kasih, telah memberiku perasaan bahagia
Terima kasih, telah bersedia membagi waktumu untukku
Terima kasih
Telah mengajarkanku arti cinta yang sebenarnya
----------------------------------------------

Minggu, 24 Maret 2013

Foto-Foto Kagamine~

Hari ini, lagi-lagi aku males ngetik -,- Ya sudah, ku post saja foto-foto Kagamine, ya!!
***

Ah, Rin... ^^

Rin and Len ^o^

Rin again =o=

LEN AND RIN!!! *teriak pake toak *digebukin -,-

Lagi-lagi, Len and Rin~

Kagamine Lenka, bosen Rin dan Len mulu =o=

Kagamine Len, Rin, Rinto, dan Lenka.

Len, senyummu... OAO *nosebleed *digampar -,-""

Kagamine Lily

Kagamine Rin

~Selesai, kapan2 ku- post lagi ^o^

Jumat, 22 Maret 2013

I'm Sorry, My Friends... (1)

Vocaloid © CyrptonFM and Yamaha Corp. 
I'm Sorry, My Friends... © Kusanagi Mikan N.

Haloo!! Aku Kagamine Mikan, ini fanfic pertamaku. Makanya masih jelek. Tokoh utamanya Kagamine Rin dan Len kesukaanku :3 Check it out!


--------- Normal P o V -------

    Seorang gadis berambut blonde melangkahkan kaki menuju sekolah itu. Ada plang nama di depan sekolah itu. Tokyo International School. Sudah jelas itu sekolah internasional yang berada di Tokyo, Jepang. Walau internasional, kebanyakan yang bersekolah disekolah itu adalah anak-anak Jepang.
Sekolah ini terdiri dari SMP dan SMA. Kembali ke gadis tadi. Gadis itu hampir menapakkan kakinya masuk ke gerbang sekolah, saat seseorang memanggilnya.
    "Riiiiinnnnn!! Tunggu aku!" seru seseorang itu, seorang lelaki
    Gadis yang ternyata bernama Rin itu berhenti dan menoleh ke lelaki yang juga berambut blonde dan bermata biru sepertinya. "Cepatlah, Len! Kau lambat sekali!" gerutu Rin pada lelaki itu, Len.
    Untungnya, Len menyusul Rin dengan cepat. Dari wajah mereka, terlihat jelas kalau mereka kembar. Yup, Kagamine Rin dan Len.
   "Bisa-bisanya kau meninggalkanku!" gerutu Len.
   "Habis kau lambat sekali! Daripada telat, kutinggal saja," balas Rin sambil berpose :P
   "Ya sudahlah. Yuk, ke kelas!" ajak Len.
   Rin hanya mengangguk. Len berlari lebih dulu, memasuki bangunan sekolah yang memuat kelas-kelas serta berbagai ruangan lainnya. Rin berjalan dengan lesu, mengingat mimpinya semalam. Juga kata-kata yang terus menerus terngiang di telinganya.
   "Bunuh, bunuh mereka semua. Jangan sampai ada yang tersisa."
   Bunuh mereka semua? Siapa? Siapa yang harus ia bunuh? Dan kenapa? Semua pertanyaan itu terus berkecamuk dalam pikiran Rin.
   "Rin! Kagamine Rin!" seru seorang wanita berambut hijau toska dan dikuncir dua.
   "Miku!" balas Rin sambil melambai.
   Miku mempercepat larinya untuk menyusul Rin. Ia langsung merangkul Rin dengan manja. Hatsune Miku yang berambut hijau toska ini memang manja pada siapapun. Yah, setidaknya, teman-teman akrabnya.
   "Hari ini kau lesu sekali, ada apa?" selidik Miku.
   "Tidak ada apa-apa!" bohong Rin.
   "Ayolah. Aku bisa melihat wajahmu bahwa kau berbohong. Ayolah, Rin..." pinta Miku.
   "Aku hanya lesu karena tidak sarapan," jawab Rin, sekali lagi berbohong.
   Miku tampak tidak puas dengan jawaban Rin. Namun, sapaan Gumi mengagetkan mereka. "Hai Miku!! Rin!!" sapa Gumi dengan suara khas-nya.
   "Gumi!" pekik Miku sembari menghampiri Gumi.
   Rin cuma menatap mereka sekilas, lalu berjalan menuju kelasnya. Entah kenapa, rasanya Rin menatap semua di sekolah itu dengan penuh rasa kebencian yang mendalam.
   "Kau lama sekali!" sambut Len.
   "Aku bertemu Miku tadi," ujar Rin malas.
   "Oh, Miku. Kukira kau nyasar." Len nyengir.
   Rin tersenyum tidak tulus. Ia duduk di bangkunya yang bersebelahan dengan Kagamine Len. Ia menatap seisi kelas dengan... Penuh kebencian. Kebencian?

----- Rin P o V ----

   Rasanya... Aku benci sekali melihat seisi kelas. Benci, benci, sangat benci. Tunggu, apa yang terjadi padamu, Rin? Tidak. Aku tidak boleh membenci teman-teman sekelasku. Tidak akan. Teman-temanku berkumpul dan tertawa. Rasa benci itu semakin menjadi-jadi. Ah!
   "Aku ke toilet dulu," ucapku seraya pergi ke toilet.
   "Ya," jawab Len.
  Sesampainya di toilet, aku segera membasuh wajahku dengan air. Bingung apa yang terjadi terhadap diriku.
   "Apa yang terjadi padaku..." gumamku lirih.
   Aku kembali teringat mimpiku semalam...

    Aku berjalan, menuju bangunan sekolahku yang megah. Rasanya, hari itu sudah sore hari. Kakiku terus melangkah tanpa kusadari.
    "Hei, Rin!" sapa teman-temanku dengan riang.
     Aku membalas sapaan mereka seperti biasa. Tiba-tiba, seseorang berjubah coklat menepuk bahuku. Aku terperanjat.
   Katanya, "Menurutmu, apakah teman-temanmu baik?"
   Aku menjawab dengan bingung. "Tentu. Mereka teman-teman setiaku."
   Ia tertawa. "Kau berpikir begitu? Biar kuunjukan padamu sesuatu."
   Ia mencengkram tanganku, dan tiba-tiba rasanya seperti melayang. Aku... Aku ada di ruang kelas! Aku melihat ke kalender. 21 Februari. Berarti, ini kemarin. Kulihat, teman-temanku berkumpul. Aneh. Ada Len, Miku, Gumi, Luka, dan Kaito ikut berkumpul. Aku mendekat, namun mereka seperti tidak menyadari keberadaanku.
    "Menurutku, Rin itu menyusahkan sekali," kata Miku.
    "Aku setuju. Ia sering sekali menyusahkanku di rumah," keluh Len. "Semua permintaannya harus dipenuhi."
    "Seperti anak kecil," cibir Luka.
    "Dia juga bodoh, dan pemalas," tambah Gumi.
    "Menurutku, Len, dia tidak pantas jadi kembaranmu. Tidak pantas," kata Kaito pada Len.
    Aku mendelik marah, dan langsung pergi ke luar kelas. Aku... Aku tidak sanggup mendengar jawaban Len. Aku tidak sanggup, jika Len mengatakan 'ya'. Mana mungkin... Air mata mulai berjatuhan dari mataku. Aku tak menyangka, teman-teman yang begitu kusayangi, ternyata begitu di belakangku.
    Semuanya tiba-tiba serasa gelap. "Bunuh, bunuh mereka semua. Jangan sampai ada yang tersisa." Kata-kata itu terus terngiang. Lalu aku bangun.
   Itulah mimpiku. Kurasa, itu sebabnya rasanya aku jadi benci pada teman-temanku. Tapi, apakah itu sungguhan?
   "Hei."
   Aku menoleh, dan terperanjat. Orang itu lagi, yang muncul di mimpiku semalam! Orang yang memakai jubah coklat.
  "Kau harus bunuh mereka semua," ucap orang itu.
   "Tidak akan. Mereka teman-temanku," tolakku.
  "Harus! Kau lihat sendiri kan, seperti apa mereka di belakangmu?"
   Aku mengangguk, tanpa sadar. Terbayang, ketika Len mengatakan aku menyusahkannya. Aku... Tak sanggup mendengarnya.
   "Kalau begitu, bunuh mereka, cepat," perintah orang itu, lalu menghilang.
   Aku terpaku di tempat. Sosok berambut blonde dan bermata biru serupa denganku muncul dan menepuk bahuku.
   "Hei, kau disini rupanya!" sapa Len. Aku masih diam. Len mengernyit, lalu mengguncangku. "Hei! Kau kenapa, heh?"
   Aku langsung tersadar, kemudian menggeleng. "Tidak... Tidak ada apa-apa."
   "Huh, kalau begitu, ayo kembali ke kelas," ajak Len.
   "Aku akan menyusul," ujarku. Len mengangguk, lalu pergi. Aku masih terus menatap punggung Len sambil berpikir. Apakah aku harus membunuh mereka?

#Bersambung

Rabu, 20 Maret 2013

Foto-foto Vocaloid

Berhubung hari ini aku lagi males ngetik... Ku share aja deh foto-foto Vocaloid -,-" Daripada nggak nge-post. Yo, mulai!!

***

  Miku X Len. Sebetulnya... -,-" Aku nggak rela Len sama Miku! -,-" Aku maunya Len sama Rin! -,-" *demo (readers : nah, napa lu share foto ini?-,-)

Miku! W(OAO)

Luka and Miku! >o<

Miku >o<

Len dan Rin... OAO

Len... OAO *nih anak malah nosebleed liat Len -,-

Aku mau jadi Rin! >o<

LEEEEEENNNN!!! *dibunuh -,-

Senin, 18 Maret 2013

Everything About Me~ : "My Favorite"

Uwwooo! Hari ini ada yang baru, yaitu... Everything About Me (EAM)! Itu membahas tentangku. Enggak semuanya, sih. Hari ini, aku mau bahas favoritku :3
Mulai dari... Lagu!

Lagu~

1. Servant of Evil. Uwwahhh! Pertama kali nonton pv-nya di youtube langsung jatuh hati sama lagunya dan Kagamine Len (?) Sedih banget lagunya, apalagi pas terakhirnya : "Andai kita terlahir kembali. Aku ingin kita tetap bersama." *ngusep mata *he? -,-

2. Message of Regret / Regret Message (aku bingung judulnya mana yang bener --") Ini lanjutan dari Servant of Evil, ya? Di Evil Series. Yang nyanyiin Rin. Aku nggak begitu hapal artinya. Nggak inget malah. Tapi jelas sedih, apalagi kalau nonton pv-nya.

3. Romeo and Cinderella. Kyaahh! Ini juga aku suka banget. Apalagi kalau nonton pv-nya. Len keren banget OAO *nosebleed-,-. Yang jelas, aku suka lagu-lagu Kagamine Len dan Rin. Yah, belum kudengerin semua. Belum sempet ke warnet -,-"

4. World is Mine. Tapi, yang ini versi Kagamine Len. Kalau versi Hatsune Miku aku nggak begitu suka, bukan Len yang nyanyiin sih *plak-,-. Aku nonton pv-nya, ngakak sendiri ntah kenapa (?) Apalagi pas Len dilindes traktor sama Rin. Wuahahah!

5. Gee. Lagu Gee punya SNSD juga lumayan aku suka. Soalnya apa? Ceria! Uwwoo, aku juga suka lagu-lagu ceria :3.

6. Kissing You. Ini juga lagunya SNSD. Aku suka banget, karena menurutku ceria. Eheheheh :3

7. The Boys. Uwwahh, lagu SNSD yang pertama kali kudenger :3. Langsung jatuh hati (?)

8. Takkan Pisah. Lagu Eren yang menurutku sedih, juga masuk lagu favoritku. Kata-katanya menurutku menyentuh hati *plak -,-

9. Magnet. Lagu duet Hatsune Miku dan Megurine Luka yang ini juga aku suka. Tapi aku nggak hapal nadanya, bahkan reff-nya lupa -,-.

~ And other. Lupa, kebanyakan. Yang mendominasi sih (ceilah-,-) lagunya Kagamine Len dan Rin.

Cerita~

1. PSYCHOPATH EDITION!!! *teriak pake toak-,-. Aku bener-bener suka banget sama yang satu ini!!! Apalagi sama pembuatnya :3 *plak-,-. Ceritanya kayaknya pernah ku-post, ya? Tapi itu versi lama. Menurutku, versi lama mau versi baru tetap SERU dan TOP!! UWWOOOO!! *saking sukanya -,-

2. EVIL SERIES!!! Ini juga top banget. Apalagi, ada Len :3 *digaplok -,-.

3. Kenangan :3 *eh, aku belum post disini, ya? Kapan-kapan deh, ku-post~

4. Cerita hentai *dibunuh -,-. Nggak nggak, bercanda -,-"

~Ntah yang lainnya apa, aku lupa

*capek ngetik -,- *dibunuh -,-

Sabtu, 16 Maret 2013

Minggu~

Halo! Hari ini, aku mau ceritain soal mimpiku semalem. Yah, nggak semalem sih, sepagi. Soalnya, bangun jam 5, sholat subuh, terus tidur lagi, dan mimpi yang mau kuceritain.
Gini,
Di mimpiku, rumahku berubah. Ada tiang-tiang gitu dibelakangnya, dan nyambung sama rumah orang lain. Pas aku liat ke tiang itu, ada orang. Kayaknya sih, Sakura yang di Naruto (?) Iya, bener itu. Nah, dia sama orang lain. Tau siapa, lupa. Sakura ngelemparin shuriken-nya terus ke aku. Aku ngindar, dan nangkis pake pisau kecil. Kayaknya pisau buat bedah. Ntah.
Tiba-tiba aja, ntah darimana asalnya, aku nyadar kalau Sakura dan orang itu tuh ngincer Mamaku buat dibunuh. Lantas aja, ku ajak Mamaku keluar. Baru aku mau ngunci pintu, itu orang tau-taunya ada di rumahku ntah begimana. Lantas aja aku kabur ke jalan bareng Mamaku.
Di jalan raya gitu, banyak tukang jualan, dari jauh aku ngeliat banyak rumah kebakar. Nyamber-nyamber gitu. Aku kaget. Tanpa sadar, aku ngeluarin pisau bedah yang tadi. Sakura dan kawan-kawannya ngedeket. EIts, kawan-kawannya bukan Naruto dll, ya. Ntah siapa. Yang pasti, ada 1 orang bawa bazooka.
Orang yang bawa bazooka itu nembakin bazooka-nya ke Mamaku. Langsung kubawa Mamaku ngindarin bazooka. Sampe akhirnya, aku kelempar ke tuh orang bazooka.
Langsung aja, kutusukin itu orang ampe mati. Yang lain juga kubantai. Cuma pake pisau bedah, lho. 1 biji. Lagi seru-seru gitu, tau-taunya aku bangun.
Huft...
Terpaksa mimpinya terputus (?)
Sekian~

Lirik Lagu Kagamine Len - Servant of Evil

Reff: Kimi wa oujo boku wa meshitsukai
Unmei wakatsu aware na futago
Kimi o mamoru sono tame naraba
Boku wa aku ni datte natte yaru
Kitai no naka bokura wa umareta
Shukufukusuru wa kyoukai no kane
Otona-tachi no katte na tsugou de
Bokura no mirai wa futatsu ni saketa
Tatoe sekai no subete ga
Kimi no teki ni narou to mo
Boku ga kimi o mamoru kara
Kimi wa soko de waratte ite
Reff: Kimi wa oujo boku wa meshitsukai
Unmei wakatsu aware na futago
Kimi o mamoru sono tame naraba
Boku wa aku ni datte natte yaru
Tonari no kuni e dekaketa toki ni
Machi ni mikaketa midori no ano ko
Sono yasashige na koe to egao ni
Hitome de boku wa koi ni ochimashita
Dakedo oujo ga ano ko no koto
Keshite hoshii to negau nara
Boku wa sore ni kotaeyou
Doushite? Namida ga tomaranai
Reff: Kimi wa oujo boku wa meshitsukai
Unmei wakatsu kuruoshiki futago
Kyou no o-yatsu wa buriosshu da yo
Kimi wa warau mujaki ni warau
Mou sugu kono kuni wa owaru darou
Ikareru kokumin-tachi no te de
Kore ga mukui da to iu no naraba
Boku wa aete sore ni sakaraou
Hora boku no fuku o kashite ageru
Kore o kite sugu o-nige nasai
Daijoubu bokura wa futago da yo
Kitto dare ni mo wakaranai sa
Reff: Boku wa oujo kimi wa toubousha
Unmei wakatsu kanashiki futago
Kimi o aku da to iu no naraba
Boku datte onaji chi ga nagareteru
Mukashi mukashi aru tokoro ni
Akugyaku hidou no oukoku no
Chouten ni kunrinshiteta
Totemo kawaii boku no kyodai
Tatoe sekai no subete ga (Tsui ni sono toki wa yatte kite)
Kimi no teki ni narou to mo (Owari o tsugeru kane ga naru)
Boku ga kimi o mamoru kara (Minshuu nado ni wa me mo kurezu)
Kimi wa dokoka de waratte ite (Kimi wa watashi no kuchiguse o iu)
Reff: Kimi wa oujo boku wa meshitsukai
Unmei wakatsu aware na futago
Kimi o mamoru sono tame naraba
Boku wa aku ni datte natte yaru
Moshi mo umarekawareru naraba
Sono toki wa mata asonde ne

***

Reff: Kau sang putri
Aku adalah pelayan
Takdir telah ditentukan
Anak kembar yang menyedihkan
Untuk melindungimu
Untuk itu
Aku memilih untuk menjadi iblis

Kita lahir dari sebuah pengharapan
Lonceng gereja memberkati kita
Untuk alasan egois orang dewasa
Masa depan kita terbelah menjadi dua

Jika semuanya di dunia
Menjadi musuhmu
Aku akan melindungimu
Sehingga kau tetaplah tersenyum dan tertawa

Reff: Kau sang putri
Aku adalah pelayan
Takdir telah ditentukan
Anak kembar yang menyedihkan
Untuk melindungimu
Untuk itu
Aku memilih untuk menjadi iblis

Saat aku mengunjungi negara tetangga
Seorang gadis (berambut) hijau yang aku lihat
Dengan senyum dan suara yang terlihat indah
Aku merasakan cinta pada pandangan pertama

Namun jika Sang Putri ingin gadis itu enyah
Aku harus melaksanakannya
Mengapa?
Air mataku tak dapat berhenti

Reff: Kau sang putri
Aku adalah pelayan
Takdir telah ditentukan
Anak kembar yang menyedihkan
“Kue hari ini adalah Brioche”
Kau tertawa
Tertawa dengan tulus
Tawa tak berdosa

Negeri ini akan segera hancur
Oleh tangan rakyat yang marah
Kau layak mendapatkannya namun tak usah cemas
Aku harus melawan takdir ini

“Aku pinjamkan pakaianku
Pakai dan segeralah melarikan diri
Jangan khawatir, kita anak kembar
Tidak akan ada orang yang menyadarinya.”

Reff: Kini aku adalah Sang Putri
Kau adalah penjahat
Takdir telah ditentukan
Anak kembar yang menderita
Jika kau adalah iblis
Aku pun juga
Memiliki darah yang sama

Pada suatu ketika, ada sebuah kerajaan
Dengan seorang ‘iblis’ yang mengatur, kata mereka
Aku pikir mereka semua bodoh
Hanya aku yang menganggap dia saudara yang kusayangi

Jika semuanya di dunia
Menjadi musuhmu
Aku akan melindungimu
Sehingga kau tetaplah tersenyum dan tertawa

Reff: Kau sang putri
Aku adalah pelayan
Takdir telah ditentukan
Anak kembar yang menyedihkan
Untuk melindungimu
Untuk itu
Aku memilih untuk menjadi iblis
Andai kita terlahir kembali
Aku ingin kita terus bersama


 



Sumber :  http://cassiotaku.wordpress.com

Jumat, 15 Maret 2013

Ciri-Ciri Istri yang Dekat Dengan Neraka

CIRI-CIRI ISTERI YANG DEKAT DENGAN NERAKA

Follow twitter: @kutipanhikmah

1. KUFUR TERHADAP SUAMI DAN KEBAIKAN-KEBAIKANNYA.

Kufur di sini bermakna seorang isteri:
Banyak menuntut suami (harta dunia) dengan tidak menyadari segala keterbatasan suaminya. Tidak mensyukuri pemberian suami. Jika sedang ada masalah dengan suami, maka ia suka mengingkari kebaikan suami pada waktu sebelumnya.

2. DURHAKA KEPADA SUAMI

Durhaka di sini bisa dibagi menjadi:

- Durhaka dengan ucapan:

Yakni seorang isteri suka berkata kasar dan menyakitkan hati suami. Suka meninggikan suara ketika berbicara dan suka membantah suami.

- Durhaka dengan perbuatan:

Seorang isteri tidak mau melayani suami tanpa alasan yang jelas. Keluar rumah tanpa pamit kepada suami.mengkhianati suami dan berpaling pada cinta yang lain (selingkuh).

4. WANITA YANG BERTABARRUJ

Makna 'Tabarruj' di sini adalah wanita yang suka menampakkan perhiasan dan keindahan tubuhnya serta apa-apa yang seharusnya ditutupi untuk menghindari dari nafsu syahwat kaum lelaki. (Lihat Jilbab Al-Mar'atil Muslimah 120)

Dikisahkan ketika Rasulullah SAW selesai berkhutbah Hari Raya; Beliau menghampiri jemaah wanita dan Beliau Bersabda: "(Perbanyaklah) kalian bershadaqah. Karena kebanyakan dari kalian (akan) menjadi kayu bakarnya (Neraka) Jahannam."

Seketika berdirilah salah seorang jemaah wanita dengan perubahan menghitamnya kedua pipinya (merasa tak terima): "Mengapa bisa demikian ya Rasulullah?" tanya wanita tersebut. Maka Rasulullah menjawab: "Karena diantara kalian banyak mengeluh dan kufur kepada suami." (HR. Bukhari)

Jika kebetulan masih ada sebagian dari Ukhti yang mempunyai ciri-ciri seperti di atas, segeralah untuk menguubah diri. Memperbaiki diri.

Berusahalah untuk selalu berbakti dan tetap hormat serta patuh kepada suami (selama bukan untuk kemaksiatan).

Bagaimanapun surga seorang isteri terletak pada ridha seorang Suami. Tanpa ridha suami, jangan pernah bermimpi untuk mendapatkan Ridha-Nya. Tapi malah sebaliknya yang membawa Ukhtina semakin dekat dengan Neraka-Nya.

Na'udzubillahi Mindzalik.

Semoga kita bukan termasuk golongan orang-orang yang demikian. Aamiin...

LIKE THIS 


Sumber : Sudah Tahukah Anda? (Facebook)

Wahai Pria, Sanggupkah Kau?

WAHAI PRIA, SANGGUPKAH KAU? (Sebuah Kisah)

Follow twitter: @kutipanhikmah

Seorang pria beristeri tanpa sengaja berkenalan dengan seorang gadis di sebuah kantin kompleks perkantoran, karena ada urusan pekerjaan merekapun tukeran PIN BB.

Malam harinya si gadis mulai BBM si pria :

Gadis : Mas hebat ya. Punya usaha sendiri, sukses pula (y)
Pria : Terima kasih ya:)

Esoknya si gadis menelpon sekedar say hallo.

Gadis : Kapan ya mas, kita makan bareng lagi? ♥
Pria : Oke kapan aja boleh :)

Setelah itu mereka masih sering berhubungan melalui BBM dan telepon, sesekali juga janjian pergi makan siang bareng.

Hari-hari berlalu, tiada hari tanpa kontak antara mereka. Sampai suatu hari, si gadis BBM, isinya adalah :

"Mas... Sebenarnya aku mencintaimu ♥, aku tau kamu udah punya keluarga, tapi aku mau menerima kondisi sebagai isteri ke-2, aku siap mas dan maaf aku mengganggu perasaanmu.

Dengan berat hati pria itu menjawab :

"Dik, aku mengerti dan paham maksudmu... :( tapi dengan berat hati aku harus jawab TIDAK! (y)
Aku tau kamu memang cantik, dan aku yakin semua lelaki pasti mengatakan tubuh dan parasmu elok dan cantik.

Tapi, tahukah kamu kenapa aku bisa tampil baik dan hingga usahaku sukses?
Itu semua karena dorongan dan semangat isteriku.

Sungguh sangat berdosa kalau aku harus berselingkuh dengan seseorang yang hanya mengagumiku, karena tau kalau aku sekarang udah sukses.

Kamu menyukai aku tidak ikhlas, kamu hanya melihat tampilanku semata. Padahal ada seseorang yang tersayang di rumah yang telah bersusah payah mendorong aku agar selalu tampil sebaik mungkin, dia adalah isteriku tercinta.

Kalau kamu menyukai aku, artinya kamu tinggal memetik hasilnya, dan cara ini tidak pernah abadi.

Taukah kamu bahwa aku memulai ini dari nol dan isteriku yang selalu mendampingiku di kala susah, terpuruk dan sukses seperti ini.

Taukah kamu bahwa isteriku yang selalu mendoakan kesuksesanku hingga aku bisa menjadi seperti ini.

Kamu memang cantik, tapi hati isteriku lebih cantik. ♥ (y)
Terima kasih atas cintanya, maaf aku tidak bisa membalas seperti kehendakmu.

Wahai pria, sanggupkah kau seperti kisah di atas?

LIKE THIS


Sumber : Sudah Tahukah Anda? (Facebook)

Wanita Ibarat Kaca yang Berdebu

WANITA IBARAT KACA YANG BERDEBU

Follow twitter: @kutipanhikmah

◦♪♬♪◦ Dia ibarat kaca yang berdebu jangan terlalu keras membersihkannya­. Nanti ia mudah retak dan pecah...

◦♪♬♪◦ Dia ibarat kaca yang berdebu jangan terlalu lembut membersihkannya­. Nanti ia mudah keruh dan ternoda...

◦♪♬♪◦ Dia bagai permata keindahan. Sentuhlah hatinya dengan kelembutan...

◦♪♬♪◦ Dia sehalus sutera di awan. Jagalah hatinya dengan kesabaran...

◦♪♬♪◦ Lemah lembutlah kepadanya namun jangan terlalu memanjakannya. Tegurlah bila ia bersalah namun jangan lukai hatinya...

◦♪♬♪◦ Bersabarlah bila menghadapinya terimalah ia dengan keikhlasan. Karna ia kaca yang berdebu...

◦♪♬♪◦ Semoga kau temukan dirinya...

◦♪♬♪◦ BERCAHAYAKAN IMAN...

LIKE THIS


Sumber : Sudah Tahukah Anda? (Facebook)

Marah dan Cara Meredamnya

MARAH DAN CARA MEREDAMNYA

Follow twitter: @kutipanhikmah

1. Membaca Ta'awwudz. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda "Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu "A'uudzu billah mina-syaithaani-r-rajiim" "Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk." (HR. Bukhari Muslim)

2. Berwudhu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Kemarahan itu itu dari syaitan, sedangkan syaitan tercipta dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau kalian marah berwudhulah." (HR. Abud Dawud)

3. Duduk. "Kalau kalian marah maka duduklah, kalau tidak hilang juga maka berbaringlah." (HR. Abu Dawud)

4. Diam. Dalam sebuah hadits dikatakan, "Ajarilah (orang lain), mudahkanlah, jangan mempersulit masalah, kalau kalian marah, maka diamlah." (HR. Ahmad)

5. Bersujud, artinya shalat sunnah mininal dua rakaat. Dalam sebuahhadist dikatakan "Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud)." (HR. Tirmidzi)

Kebaikan dan kemuliaan diri akan kita dapat, sejauh mana kita berbuat baik dan berbuat mulia. Kebenaran hanya milik Allah SWT.

LIKE THIS


Sumber : Sudah Tahukah Anda? (Facebook)

Friday

Yuhuuu! Kembali lagi dengan 'Diary Mikan'! *sejenak bertransformasi jadi Mikan(?)* Hari ini, aku mau nyeritain tentang Jum'atku.
Seperti biasa, hari Jum'at aku piket. Untung nggak ngepel. Baris di bawah. Terus, anak-anak cowok kelas 5A gangguin aku mulu! Itu dari awal kelas 6. Ya Allah, rasanya nyesek banget. Hampir mau nangis. Gangguinnya keterlaluan banget.
Habis baris, aku ngadu aja ke Pak Rojim, guru agama, kebetulan masih di teras. Uwwahh, anak2 kelas 5A (cowoknya) langsung pada di marahin dan tangannya dipukul satu2. Bahagia banget!
Setelah itu, istirahat, sekelas dapet bad news. Putri, temen kami udah 5 harian mungkin nggak masuk, enggak taunya dirawat di rumah sakit karena sakit DBD!
Ya Allah, rasanya sedih banget, Putri itu kan termasuk temen deket aku juga. Dia sempet minta print-in gambar dan mau fotokopi cerita dariku. Keesokan harinya kubawa, Putri enggak masuk. Rasanya perasaan sedih banget. Udah gitu, guru kami nanggepinnya biasa aja. Galau banget!
Singkat cerita, pulang sekolah jam 12, dan berakhirlah diary untuk hari ini. Sekian~

Kamis, 14 Maret 2013

Scamander's

Haiii!! Mikan bertransformasi jadi Julie Scamander *bukan Luna lagi-,-*! Ciaaattt!! (?)
Yeay, berubah jadi Julie Scamander! ^o^
Kali ini, ada bad news yang aku mau sampein, yaitu, yaitu, hiks... hiks.. Saudara-saudaraku diubah!! Yang tetep cuma Lucy, Isabelle, Elysia, dan Realita. Luna nggak dimunculin lagi. Kupake buat nama tengah Julie alias aku! ^o^
Ini dia nama2 saudaraku, mulai dari yang paling tua!^^

1. Albert Scamander *ntah kenapa, aku keinget Adolf Hitler kalau inget Albert -,-
2. Lucy Scamander
3. Jonathan Scamander
4. Johny Scamander *kembar sama Jonathan
5. Bobby Scamander
6. Cathy Scamander
7. Kayla Scamander
8. Henry Scamander
9. Isabelle Scamander
10. Charles Scamander
11. Angelie Scamander
12. Elysia Scamander
13. Cody Scamander
14. Caliza Scamander
15. Julie Scamander *me! ^o^
16. Realita Scamander
17. Edward Scamander *adikku bertambah satu lagi~

Sebenernya, Angelie itu di daftarku urutan ke 13. Tapi aku galau masa Elysia kakaknya Angelie? Kuubah aja deh, jadinya. Tak apalah~
Yang paling kusayangi... Angelie dan Albert! Huwwaaa, entah kenapa aku jadi sayang Albert ^^
Tapi di ceritaku, Angelie munculnya dikit --"
Dan nanti dia mati ToT. Nggak apa deh, aku kan masih punya Albert (?)
Di bayanganku, rambutku itu warna pirang. Mata kananku warna biru, mata kiriku warna hijau. Hechteromia  maksudnya *ntah bener ngetiknya atau nggak. Sebabnya? Uwwahh, nanti ya~
Aku itu... Mirip... Mm, nih, tokoh dari Arisa! *ntah siapa namanya.

Aku, yang rambut pirang! ^o^ Uwwooo, cantik kan? *dibantai-,-
Lalu, Angelie, rambutnya coklat. Atasnya lurus, bawahnya keriting gitu *ngerti kan?. Kalau Albert, rambutnya item. Pendek *iyalah, orang cowok -_-
Sekian~

Rainy

Uwwooo, hari ini aku akan bercerita tentang hari Kamisku ini. Di sekolah, aku dateng yang kedua di kelas *yeay!* Kita lalu, biasalah, ngobrol-ngobrol.
Pelajaran pertama, IPA, kita cuma disuruh ngerjain tugas. Karena gurunya nyusun soal US dan UAS di 07 *yeay!*. Karena buku-ku yang sobek2 dan halamannya hilang, aku pun berdua ama Holipah bukunya-_-
Terus, kita injek2 tas Aji atas perintah Sri. Uwooo, buat balesannya, tugas matematika kita dikerjain sama Aji, biar dikembaliin tasnya :3
 ~Cukup sekian *dibunuh -,-

Rabu, 13 Maret 2013

Lirik Lagu Iwan Fals - Oemar Bakri

Tas hitam dari kulit buaya
"Selamat pagi!", berkata bapak Oemar Bakri
"Ini hari aku rasa kopi nikmat sekali!"
Tas hitam dari kulit buaya
Mari kita pergi, memberi pelajaran ilmu pasti
Itu murid bengalmu mungkin sudah menunggu


Laju sepeda kumbang di jalan berlubang
S'lalu begitu dari dulu waktu jaman Jepang
Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang
Banyak polisi bawa senjata berwajah garang


Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan
"Berkelahi Pak!", jawab murid seperti jagoan
Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang
Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut, cepat pulang
Busyet... Standing dan terbang


Reff.
Oemar Bakri... Oemar Bakri pegawai negeri
Oemar Bakri... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati
Oemar Bakri... Oemar Bakri banyak ciptakan menteri
Oemar Bakri... Profesor dokter insinyur pun jadi
Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri

Es Krim Turki

Sesuai namanya Zahra Turkish Ice Cream memang berasal dari Turki yang dikenal dengan nama dondurma . Bahan utama es krim ini adalah 100% susu, gula, mastic resin dari pohon cemara, serta campuran krim yang terbuat dari akar sejenis anggrek liar dari Turki.

Tekstur es krim ini berbeda dari es krim pada umumnya karena selain creamy dan lembut, es krim ini juga elastis. Hal inilah yang membuat es krim Turki makin unik. Karena sifatnya yang elastis, sang penjual bisa melakukan atraksi seru sekaligus juga menghibur.

Saat akan menyajikan es krim kepada para pelanggan, penjual es krim Turki ini akan mengaduk-aduk es krim dalam sebuah tong besar dengan menggunakan tongkat panjang. Dengan sepenuh tenaga, adonan es krim tersebut diaduk lalu diangkat. Karena sifatnya elastis, adonan es krim itu bisa terangkat semua dalam adonan besar dan tidak menetes. Wuiiih…seru!

 Es Krim Turki

Para pengunjung juga makin terhibur tatkala sang penjual melakukan trik layaknya pesulap. Es krim yang hendak disajikan akan sulit diambil oleh pengunjung, hehehe.... Tapi, para pengunjung merasa senang saat “dikerjai”, lho! Misalnya saja ketika hendak mengambil cone , ternyata es krimnya masih menempel di tongkat. Hahaha…ada-ada saja!

Ssstt...untuk menikmati es krim ini, kita tak perlu jauh-jauh pergi ke Turki. Sejak pertengahan Januari ini, Zahra Turkish Ice Cream hadir di Central Park Mall, Jakarta. Zahra Turkish Ice Cream menyediakan berbagai rasa, seperti cokelat, stroberi, vanila, mangga, pisang, duriam, apel, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Teks: Nika/GIRLS. Foto: Nendra/GIRLS

Kata-Kata Mutiara

KATA-KATA MUTIARA

Follow twitter: @kutipanhikmah

pertengkaran ayah-bunda sudah seharusnya jauh dari mata dan telinga anak-anak | tolong dicamkan baik-baik ya wahai ayah dan bunda =_=

bila ayah-bunda bertengkar di depan anak-anaknya | jangan tanya siapa yang menang karena keduanya hilang kehormatan

ayah mengalah ayah menang | bunda mengalah bunda menang | keduanya mengalah keduanya menang | anak-anak juga menang

mengalah bukan kalah | mengalah bukan sekedar mengalah | mengalah karena Allah | maka syaithan yang satu-satunya kalah

bila ayah bunda ingin bertengkar, mari empat mata di kamar | make it all round final battle, so whoever WIN still the winner is WE

anak-anak ialah anak-anak, kita yang harus dewasa | bila kita tidak dewasa, mana mungkin mendidik anak-anak dewasa

belajar berkata-kata yang perlu | atau juga perlu belajar diam | itulah dewasanya ayah-bunda

sent with love to all ayah-bunda in the world | may Allah always guide us and make us strong

LIKE THIS


Sumber : Sudah Tahukah Anda? (Facebook)

About My Day~

Uahhh, akhirnya aku bisa nge-post lagi malem ini ^^
Seperti biasa, aku akan nyeritain hari ini. Bangun jam lima, aku tidur lagi ampe jam setengah 6. Sholat, lalu beres2 dan berangkat ke sekolah. Nyampe di sekolahan, ada yang luar biasa *plak
Aku dateng pertama!!! *dibacok readers -,-
Terus, aku.... Berhasil ngajak temen2ku ngobrol duluan!! Oh yeahh! *dibunuh readers -,-
Oke oke, aku tahu ini bener-bener BIASA bagi kalian. Tapi bagi aku ini... Kalian luar biasa! *Noah mode on -,-
Oke, back to story *ceilah-,-
Aku lalu ngobrol2 bareng temen2ku. Kuciah, Khoir, sampe akhirnya Elin dateng. Kita ngobrol ampe bel bunyi. Terus, turun dan baris. Aku baris sama Wanti karena Elin dan Kuciah baris bareng.
Selesai baris, karena hari Rabu kita olahraga, kita maen2 aja di lapangan, sampe dipanggil Pak Abdul bikin barisan. Barisanku, Enni, Aku, Elin, Kuciah, Mila, Azima, kayaknya udah itu aja. Aku lupa.
Hari itu ngambil nilai voli. Ya ampun, aku deg-degan banget. Soalnya, tangan aku itu enggak kuat buat main voli. Udah mana tau-taunya pergelangan tangan kanan dan jempol kiriku nyut-nyutan sakit lagi -_- Makin sengsara aja nasibku.
Dari 5 bola, aku cuma berhasil mukul 2 bola, Ya Allah, sengsara -_-
Temenku, Fani, keren banget. Berhasil masuk 5 bola dan nggak ada yang out. Keren!
Uwwoo, lalu jam 9 masuk dan ganti baju putih merah. Istirahat, dan nggak lama masuk belajar PKn. Istirahat kedua, aku gunain buat ngerjain PKn. Ehh, nggak taunya, pas masuk nggak ada guru dateng -_-
Ya udah, aku main2 aja. Agak ribut sebentar sih karena Putra berantem sama anak kelas B. Jam 12, aku sholat. Kemudian, masuk, udah ada gurunya. Kita PDM ampe jam 3. Disuruh ngerjain 50 soal BI.
Soalnya susah banget -_-
Ya udah, sambil ngerjain aku nyanyi-nyanyi aja lagunya Iwan Fals yang Bento. Nggak kedengeran sih, suara nyanyianku. Tapi aku sampe kayak orang gila *untung nggak ketahuan guruku-_-
Ya, jam 3 pulang. Dan sekian ceritaku di sekolah~

Selasa, 12 Maret 2013

Hatsune Miku - World is Mine Lyrics

Sekai de ichi-ban OHIME-SAMA
Sou iu atsukai KOKORO-ete
Yo ne?

Sono-ichi
Itsumo to chigau kami-gata ni kiga-tsuku koto
Sono-ni
Chanto kutsu made mirukoto, ii ne?
Sono-san
Watashi no hito-koto niwa mittsu no kotoba de henji suru koto
Wakattara migite ga orusu nanowo nantoka-shite!

Betsu ni wagamama nante itte nai n dakara
Kimi ni KOKORO kara omotte hoshii no KAWAII tte

Sekai de ichiban ohime-sama
Ki ga tsuite nee nee
Mataseru nante rongai yo
Watashi wo dare dato omotteru no?
Mou nanda ka amai mono ga tabetai!
Ima sugu ni yo

Oh, check one two... Ahhhhhh!

Ketten? Kawaii no machigai desho
Monku wa yurushimasen no
Ano ne? Watashi no hanashi chanto kiiteru? Chotto...
A, sore to ne? Shiroi ouma-san kimatteru desho?
Mukae ni kite
Wakattara kashizuite te wo totte "ohime-sama" tte

Betsu ni wagamama nante itte nain dakara
Demo ne sukoshi kurai shikatte kuretatte iino yo?

Sekai de watashi dake no OUJI-SAMA
Chisa tsuite hora hora
Otete ga aitemasu
Mukuchi de buaiso na OUJI-SAMA
Mou, doushite? kiga tsuite yo hayaku
Zettai kimi wa wakatte nai!... wakatte nai wa...

^Miku's DERE TIME^(TUN-DERE)^

Ichigo no notta SHOOTOKEEKI
Kodawari tamago no torokeru PURRIN
Minna, minna gaman shimasu...
Wagamama na ko dato omowa-nai de
Watashi datte yareba-dekiru no
Ato de koukai suru wayo

^DERE TIME END^

Touzen desu! datte watashi wa
Sekai de ichi-ban OHIME-SAMA
Chanto mitete yone dokoka ni icchau yo?
Fui-ni dakishime-rareta kyuuni sonna e?
"HIKARERU abunai yo"sou-itte soppo muku KIMI
... kocchi noga ABUNAI wayo

Oh, Hey Baby

Senin, 11 Maret 2013

Detik demi Detik Ini (3)

Apakah... Apakah Ibu mewarisi penyakit leukemia untukku?!
Rasanya, aku seperti disambar petir. Namun, segera kutepis pikiranku itu. Siapa tahu, aku hanya KELELAHAN. Siapa tahu, ini cuma KEBETULAN. Ya, siapa tahu.
"Kakak?" panggil Aleyna, membuyarkan lamunanku.
"Ah, iya, Leyna?" tanyaku.
"Kakak memikirkan apa?" tanya Aleyna.
Aku menggeleng sambil tersenyum. "Tidak, Kakak tidak memikirkan apa-apa."
Aku tak mau memberitahu Aleyna apa yang kupikirkan. Jangan lakukan hal bodoh, Allison! Jangan buat ia tertekan. Biarlah ia bahagia.
"Kak, kita pulang, yuk," ajak Aleyna.
Aku mengangguk. Dan, Aleyna lalu mendorong perlahan kursi rodaku menuju rumah Paman dan Bibiku.
***
Begitu sampai, Aleyna langsung masuk kamar dan tidur. Mungkin ia kelelahan mendorong kursi rodaku. Aku menghela napas. Kututup pintu kamar, lalu ku berjalan mengambil serbet dan pembersih kaca. Kulap kaca-kaca di rumah itu. Setidaknya, ini satu-satunya hal yang bisa kulakukan dengan kursi rodaku.
"Eh, Vi, akhirnya dia bantu-bantu juga."
Aku menoleh. Anak Paman dan Bibi, Acha dan Vivi berdiri tak jauh dariku sambil tersenyum mengejek. Aku hanya berusaha tersenyum.
"Kasihan banget ya, nasibnya. Udah ditinggal orang tua, adik, jadi lumpuh, adiknya gila lagi," komentar Vivi pedas.
Aku langsung naik pitam mendengar adikku dibilang gila. "Aleyna tidak gila! Jika dia gila, tak mungkin bisa mendorong kursi roda!" jeritku marah.
"Oh ya? Kalian disini menyusahkan saja. Kalian juga bodoh. Enggak sekolah. Palingan nanti jadi gelandangan," ejek Acha sambil tertawa mengejek.
"Kalian boleh bilang apa saja ke aku, tapi jangan ke adikku," ucapku menahan amarah. Kalau aku tidak ingat tinggal di rumah mereka, pasti sudah kulemparkan lap dan cairan pembersih ini pada mereka.
"Sudahlah, Cha. Kita tinggalkan saja dia. Mungkin, ia jadi gila kayak adiknya, hahaha!" tawa Vivi sembari menjauh bersama Acha.
Tanpa terasa, air mataku mengalir dari mata kiriku. Ah, jangan. Aku tak boleh menangis. Aku harus kuat, untuk Aleyna. Satu-satunya yang aku punya. Aku meneruskan mengelap kaca. Tes! Darah kembali mengalir dari hidungku.
Aku cepat-cepat menutup hidungku dengan sapu tanganku. "Ya Allah... Sebenarnya aku ini kenapa, sih," ucapku lirih.
Tanpa sengaja, aku melihat... Lebam di tanganku. Aku terpaku, kaget.
"Kakak?"
Aku menoleh. Aleyna, berdiri di belakang. "Ya, Aleyna?"
"Tangan Kakak kenapa?" tanya Aleyna heran.
"Terbentur tadi," jawabku berbohong.
"Kakak bener enggak apa-apa, kan?"
"Enggak. Kakak enggak apa-apa, kok." Aku meyakinkan Aleyna, walau hatiku terasa sangat sedih. Sedih membayangkan kalau aku harus pergi meninggalkan Aleyna. Aku menepis pikiranku. Aleyna mendekat, ia tiba-tiba terjatuh ke pelukanku. "A... Leyna?"
Aku panik. Aleyna tak kunjung bangun. Ia pingsan. Segera kubawa Aleyna ke kamar dan kubaringkan ia di kasur. Pikiranku kacau. Apa yang terjadi pada Aleyna?
Aku memegang tangannya, berusaha merasakan denyut nadinya. Sangat kencang dan cepat. Wajahnya pucat dan berkeringat. Apa dia kelelahan?
"Aleyna..." bisikku sedih.
Ya Allah, semoga ia baik-baik saja, Ya Allah...

#Bersambung